KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirannya Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan
nabi kita Muhammad SAW beserta para sahabatnya.
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Trauma dimana makalah
ini berisi tentang Trauma Dada.
Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.
Pringsewu, September
2019
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN..................................................................................................iii
2.1 Pengertian Trauma Dada / Thorax.................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma dada
menyebabkan hampir 25% dari semua kematian yang
berhubungan dengan trauma di amerika serikat dan berkaitan dengan 50%
kematian yang berhubungan dengan trauma yang mencakup cedera sistem multiple.
Trauma dada diklasifikasikan dengan tumpul atau tembus (penetrasi). Meski
trauma tumpul dada lebih umum, pada trauma ini seringtimbul kesulitan dalam
mengidentifikasi keluasan kerusakan karena gejala-gejala mungkin umum dan
rancu.
Trauma thorax sering
ditemukan sekitar 25% dari penderita multi-trauma ada component trauma toraks. 90%
dari penderita dengan trauma thorax ini dapat diatasi dengan tindakan yang
sederhana oleh dokter di Rumah Sakit (atau paramedic di lapangan), sehingga
hanya 10% yang memerlukan operasi.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa hal yang
menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah:
1. Apa definisi trauma thorax ?
2. Apa etiologi trauma thorax ?
3. Apa manifestasi trauma thorax ?
4. Apa patofisiologi trauma thorax ?
5. Bagaimana
penatalaksanaan trauma thorax ?
1.3 Tujuan Penulisan
Diharapkan
penulis atau pembaca dapat mengetahui serta dapat
mendemontrasikan penatalaksanaan penderita trauma thorax.
1.4 Manfaat
Penulisan
1.
Mengetahui definisi trauma thorax
2.
Mengetahui etiologi trauma thorax
3.
Mengetahui manifestasi trauma thorax
4.
Mengetahui patofisiologi trauma thorax
5.
Mengetahui cara penatalaksanaan trauma thorax
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Trauma Dada / Thorax
Trauma Dada / Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya
benturan baik tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang
menyebabkan abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada
thorax akibat trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ
bagian dalam rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat
terjadi beberapa kondisi patologis traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax, Tamponade Jantung, dan
sebagainya.
Trauma dada adalah trauma tajam atau tumpul thorax yang
dapat menyebabkan tamponade jantung, pneumothorax, hematothorax, dan sebagainya
(FKUI, 1995). Trauma thorax adalah
semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa
tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan
oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura
paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Suzanne &
Smetzler, 2001).
2.2 Etiologi
2. Penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan
3. Penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa
pelonggaran balutan.
4. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan
tulang iga, ruptur oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari
PPOM.
5. Tusukan paru dengan prosedur invasif.
6. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan
kendaraan atau tertimpa benda berat.
7. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau
luka tembak)
8. Pukulan daerah thorax dan Fraktur tulang iga
9. Tindakan medis (operasi)
2.3 Klasifikasi
Trauma dada diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :
1.
Trauma Tajam
a. Pneumothoraks terbuka
b. Hemothoraks
c. Trauma tracheobronkial
d. Contusio Paru
e. Ruptur diafragma
f. Trauma Mediastinal
2. Trauma Tumpul
a) Tension pneumothoraks
b) Trauma tracheobronkhial
c) Flail Chest
d) Ruptur diafragma
e) Trauma mediastinal
f) Fraktur kosta
2.4 Patofisiologi
Sedangkan trauma dada / thorax dengan benda tajam
seringkali berdampak lenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda
tumpul. Benda tajam dapat langsung menusuk dan menembus dinding dada dengan
merobek pembuluh darah intercosta, dan menembus organ yang berada pada posisi
tusukannya. Kondisi ini menyebabkan perdaharan pada rongga dada (Hemothorax), dan jika berlangsung
lama akan menyebabkan peningkatan tekanan didalam rongga baik rongga thorax
maupun rongga pleura jika tertembus. Kemudian dampak negatif akan terus
meningkat secara progresif dalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax,penurunan
ekspansi paru, gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung.
Adapun gambaran proses perjalanan patofisiologi lebih lanjut dapat dilihat pada
skema
2.5 Manifestasi Klinis
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
3. Gas Darah Arteri (GDA) dan Ph
gas darah dan
pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat
yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar
oksigen dalam darah, serta kadar karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan analisa gas
darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan ASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan
gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu:
Arteri radialis, A. brachialis, A. Femoralis.
Didalam tabel berikut ini dapat dilihat nilai normal dari GDA dan pH,
serta kemungkinan diagnosis terhadap perubahan nilai dari hasil pemeriksaannya
:
Nilai Normal
|
Asidosis
|
Alkaliosis
|
pH ( 7,35
s/d 7,45 )
|
Turun
|
Naik
|
HCO3 (22
s/d 26)
|
Turun
|
Naik
|
PaCO2 (35
s/d 45)
|
Naik
|
Turun
|
BE (–2 s/d
+2)
|
Turun
|
Naik
|
PaO2 ( 80
s/d 100 )
|
Turun
|
Naik
|
Tabel 1.1 : Nilai Normal
dan Kesimpulan Perubahan Hasil AGD dan pH (Hanif, 2007)
Pemeriksaan AGD dan pH tidak hanya dilakukan untuk penegakan diagnosis
penyakit tertentu, namun pemeriksaan ini juga dapat dilakukan dalam rangka
pemantauan hasil / respon terhadap pemberian terapi / intervensi tertentu
kepada klien dengan keadaan nilai AGD dan pH yang tidak normal baik Asidosis
maupun Alkaliosis, baik Respiratori maupun Metabolik. Dari pemantauan yang dilakukan
dengan pemeriksaan AGD dan pH, dapat diketahui ketidakseimbangan sudah
terkompensasi atau belum / tidak terkompensasi.
Pada tabel berikut ini dapat dilihat acuan perubahan nilai yang menunjukkan
kondisi sudah / tidak terkompensasi.
Jenis Gangguan Asam Basa
|
PH
|
Total CO2
|
PCO2
|
Asidosis
respiratorik tidak terkonpensasi
|
Rendah
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Alkalosis
respiratorik tidak terkonfensasi
|
Tinggi
|
Rendah
|
Rendah
|
Asidosis
metabolic tidak terkonfensasi
|
Rendah
|
Rendah
|
Normal
|
Alkalosis
metabolic tidak terkonfensasi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Rendah
|
Asidosis
respiratorik kompensasi alkalosis metabolic
|
Normal
|
Tinggi
|
Normal
|
Alkalosis
respiratorik kompensasi asidosis metabolic
|
Normal
|
Rendah
|
Normal
|
Asidosis
metabolic kompensasi alkalosis respiratorik
|
Normal
|
Rendah
|
Rendah
|
Alkalosis
metabolic kompensasi asidosis respiratorik
|
Normal
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Tabel 2.2 : Acuan Nilai Hasil Pemantauan AGD dan pH (
FKUI, 2008)
4. CT-Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnosa pada trauma
tumpul toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi.
Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat
diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada pemeriksaan
toraks foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum dilakukan
Aortografi.
5. Ekhokardiografi
Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa adanya kelainan pada jantung dan esophagus.
Hemoperikardium, cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera pada dinding
jantung ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui segera. Pemeriksaan
ini bila dilakukan oleh seseorang yang ahli, kepekaannya meliputi 90% dan
spesifitasnya hampir 96%.
6. EKG (Elektrokardiografi)
Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi
yang terjadi akibat trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma.
Adanya abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan konduksi,
tachiaritmia semuanya dapat menunjukkan kemungkinan adanya kontusi jantung.
Hati hati, keadaan tertentu seperti hipoksia, gangguan elektrolit, hipotensi
gangguan EKG menyerupai keadaan seperti kontusi jantung.
7. Angiografi
Gold Standard’ untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan adanya
cedera aorta pada trauma tumpul toraks.
8. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
9. Hb (Hemoglobin)
: Mengukur status dan resiko pemenuhan kebutuhan oksigen jaringan tubuh.
2.7 Penatalaksanaan
1.
Bullow Drainage
/ WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a.
Diagnostik :Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau
kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum
penderita jatuh dalam shock.
b.
Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga
pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of
breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.
c.
Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga
pleura sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.
2.
Perawatan WSD dan pedoman
latihanya :
a.
Mencegah
infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan
pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang
menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh
pasien.
b.
Mengurangi rasa sakit
dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh
dokter.
c.
Dalam
perawatan yang harus diperhatikan :
a)
Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang
dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di
bagian masuknya slang dapat dikurangi.
b)
Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang
bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan
perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di
bawah lengan atas yang cedera.
d.
Mendorong berkembangnya
paru-paru.
a)
Dengan WSD/Bullow drainage
diharapkan paru mengembang.
b)
Latihan napas dalam.
c)
Latihan batuk yang efisien
: batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem.
d)
Kontrol dengan pemeriksaan
fisik dan radiologi.
e.
Perhatikan keadaan dan
banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500
- 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara
bersamaan keadaan pernapasan.
f.
Suction harus berjalan
efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam
setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
g.
Perawatan "slang"
dan botol WSD/ Bullow drainage.
a.
Cairan dalam botol WSD
diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada dicatat.
b.
Setiap hendak mengganti
botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara yang keluar dari
bullow drainage.
c.
Penggantian botol harus
"tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu meng"klem"
slang pada dua tempat dengan kocher.
d.
Setiap penggantian
botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap steril.
e.
Penggantian harus juga
memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung tangan.
f.
Cegah bahaya yang menggangu
tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh
karena kesalahan dll.
3.
Dinyatakan berhasil, bila :
a.
Paru sudah mengembang penuh
pada pemeriksaan fisik dan radiologi.
b.
Darah cairan tidak keluar
dari WSD / Bullow drainage.
c.
Tidak ada pus dari
selang WSD.
2.8 Pemeriksaan penunjang
a. X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)
b. Diagnosis fisik :
a). Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax
ringan (300cc) terap simtomatik, observasi.
b). Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax
sedang (300cc) drainase cavum pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase
dengan continues suction unit.
c). Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih
dari dua kali harus dipertimbangkan thorakotomi
d). Pada hematotoraks yang massif (terdapat
perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc segera thorakotomi.
2.2
Terapi
:
a. Antibiotika
b. Analgetika
c. Expectorant.
2.3
Komplikasi
a. tension penumototrax
b. penumotoraks bilateral
c. emfiema
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Umur : Sering
terjadi usia 18 - 30 tahun.
2. Alergi terhadap
obat, makanan tertentu.
3. Pengobatan
terakhir.
4. Pengalaman
pembedahan.
5. Riwayat penyakit
dahulu.
6. Riwayat penyakit
sekarang.
7. Dan Keluhan.
3.2 Pemeriksaan Fisik
3. Sistem Kardiovaskuler :
a.
Nyeri dada meningkat karena
pernapasan dan batuk
b.
Takhikardia, lemah
c.
Pucat, Hb turun /normal
d.
Hipotensi.
4. Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.
5. Sistem Perkemihan : Tidak ada kelainan.
6. Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan.
7. Sistem Muskuloskeletal -
Integumen.
a.
Kemampuan sendi terbatas
b.
Ada luka bekas tusukan
benda tajam
c.
Terdapat kelemahan
d.
Kulit pucat,
sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
8. Sistem Endokrine :
a.
Terjadi peningkatan
metabolisme
b.
Kelemahan.
9. Sistem Sosial / Interaksi : Tidak ada hambatan.
10. Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
3.3 Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan
ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
b. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan
keletihan.
c. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan
trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
3.4 Intevensi Keperawatan
a.
Ketidakefektifan pola
pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma.
Tujuan : Pola
pernapasan efektive.
Kriteria hasil :
-Memperlihatkan
frekuensi pernapasan yang efektive.
-Mengalami
perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
-Adaptive
mengatasi faktor-faktor penyebab
Intervensi :
-Berikan
posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur.
Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
-Obsservasi
fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan
tanda-tanda vital.
-Jelaskan
pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
-Jelaskan
pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
b.
Inefektif bersihan jalan
napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk
sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Jalan
napas lancar/normal
Kriteria hasil :
-Menunjukkan batuk yang efektif.
-Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.
-Klien nyaman.
Intervensi :
-Jelaskan
klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan
sekret di sal. pernapasan.
-Ajarkan
klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
-Napas dalam
dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
-Lakukan
pernapasan diafragma.
-Kolaborasi
dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi dan
fisioterapi.
c.
Perubahan kenyamanan :
Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
Tujuan : Nyeri
berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
-Nyeri
berkurang/ dapat diadaptasi.
-Dapat
mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan nyeri.
-Pasien tidak
gelisah
-Intervensi :
-Jelaskan dan
bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.
-Berikan
kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ;
misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
-Tingkatkan
pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa
lama nyeri akan berlangsung.
-Kolaborasi
denmgan dokter, pemberian analgetik.
-Observasi
tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian
obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah
tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
bahwa Trauma Dada / Thorax adalah suatu
kondisi dimana terjadinya benturan baik tumpul maupun tajam pada dada atau
dinding thorax, yang menyebabkan abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax.
Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi
atau cedera pada organ bagian dalam rongga thorax seperti jantung dan
paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi patologis traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax, Tamponade Jantung,
dan sebagainya.
Trauma dada diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :
11.
Trauma Tajam
a. Pneumothoraks terbuka
b. Hemothoraks
c. Trauma tracheobronkial
d. Contusio Paru
e. Ruptur diafragma
f. Trauma Mediastinal
12. Trauma Tumpul
a) Tension pneumothoraks
b) Trauma tracheobronkhial
c) Flail Chest
d) Ruptur diafragma
e) Trauma mediastinal
f) Fraktur kosta
Diagnosa
keperawatan yang dapat muncul karena trauma dada adalah :
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan
ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan
keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan
trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
5. Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran
Mediatinum.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma
mekanik terpasang bullow drainage.
7. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat
masuknya organisme sekunder terhadap trauma.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
L.J. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Depkes. RI.
(1989). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus-Kasus
Bedah.Jakarta : Pusdiknakes.
Doegoes,
L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian
keperawatan. Jakarta : EGC.
Hudak, C.M.
(1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Pusponegoro,
A.D.(1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
0 comments:
Post a Comment