1.
Pengertian
Kanker Indung telur atau
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling
sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa
menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan
melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru
Kanker ovarium adalah salah
satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab kematian kelima akibat
kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297)
Kanker ovarium memiliki 5 stadium yaitu :
(Smeltzer, 2001;1570)
·
Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada
ovarium
·
Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau
kedua ovarium dengan perluasan pelvis
·
Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau
kedua ovarium dengan metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau
retroperitoneal positif
·
Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua
sisi ovarium dengan metastasis jauh
2.
Epidemiologi
Penyakit kanker ovarium
mempunyai kejadian sekitar 13,8 wanita per 100.000 sekitar 75 % dari kasus
dideteksi pada tahap lanjut.Sebagian kasus kanker ovarium mengenai wanita
antara usia 50-59 tahun. insiden tertingginya adalah di Negara-negara industri,
kecuali jepang dan insidennya rendah. (Smeltzer, 2001;1569)
3.
Etiologi
Penyebab pasti kanker ovarium
tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko berkembangnya kanker ovarium
berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor genetik (Price, 2005;1297).
·
Faktor lingkungan
Kebiasaan
makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan penggunaan bedak
talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan kanker.
·
Faktor endokrin
Faktor
risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang nulipara, menarke
dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat, dan tidak pernah
menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin
dapat mencegah. Terapi pengganti astrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun
atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium
·
Faktor genetik
Kanker ovarium herediter yang
dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga
yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan
tingkat pertama yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50%
kesempatan untuk menderita kanker ovarium.
4.
Patofisologi
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung
struktur yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan
diri pada rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami
cairan peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya
dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke
ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar
pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal
kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala
atau spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi
gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat
kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan
abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen; beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi.
Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat
perdarahan dalam tumor,ruptur, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling
sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
Pathway (pohon
masalah terlampir)
5.
Klasifikasi
Lebih dari 30 neoplasma
ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium dikelompokkan dalam 3 kategori
besar ( Price, 2005;1297) yaitu :
(Price, 2005;1297)
·
Tumor-tumor epitel
Tumor-tumor epitel
menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium dan diklasifikasikan sebagai
neoplasma jinak, perbatasan ganas dan ganas
·
Tumor stroma gonad
·
Tumor-tumor sel germinal
Terdapat
tiga ketegori utama tumor sel germinal yaiyu : tumor jinak (kista dermoid),
tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal primitive ganas
(sel embrionik dan ekstraembrionik)
Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor
sel germinal primitive ganas. Penting untuk mendiagnosis jenis tumor dengan
tepat.
6.
Gejala
klinis
Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker
ovarium adalah sebagai berikut :
·
Haid tidak teratur
·
Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan
nyeri tekan pada payudara
·
Menopause dini
·
Dispepsia
·
Tekanan pada pelvis
·
Sering berkemih dan disuria
·
Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa
penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi.
·
Pada beberapa perempuan dapat terjadi
perdarahan abnormal vagina skunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor
menghasilkan estrogen
(Smeltzer, 2001;1570)
7.
Pemeriksaan
fisik
Pada pemeriksaan fisik hasil
yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga pelvis.
Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor
adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak
cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan.
Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler,
terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen
dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya
asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan
8.
Pemeriksaan
penunjang
Ultrasonografi
merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan diagnosis suatu tumor
adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa
internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites . Walaupun ada
pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance
imaging), dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih
mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan
spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini
merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan dalam penapisan kanker
ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai keterbatasan. Perhatian telah
pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein
(AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL),
plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic
gonadotrophin(hCG).
9.
Diagnosis/kriteria
diagnosis
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik ginekologi, serta
pemeriksaan penunjang
·
Riwayat
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan.
Keluhan yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran
tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa
penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering berhubungan dengan kanker
ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit,
sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang masif.
Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu
diperhatikan umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada
bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang
dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini mestinya menghilang
setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan terjadi peningkatan
insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista
dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan
meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan mencapai
13% pada premenopause dan 45% setelah menopause. Keganasan yang terjadi bisa
bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus, payudara, dan traktus
gastrointestinal.
·
Pemeriksaan fisik ginekologi
Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam
memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada
pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior,
ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum Dauglas dan rektum. Adanya nodul di
payudara perlu mendapat perhatian, mengingat tidak jarang ovarium merupakan
tempat metastasis dari karsinoma payudara.
Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa
pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu
membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut
bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah
digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat,
noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga
abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat
rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya
keganasan.
·
Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi merupakan
pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa
ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa
internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites . Walaupun ada
pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance
imaging), dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih
mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan
spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini
merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan dalam penapisan kanker
ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai keterbatasan. Perhatian telah
pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein
(AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL),
plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic
gonadotrophin(hCG).
0 comments:
Post a Comment