KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat dan
Hidayah-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Tingginya Tingkat Kemiskinan”.
Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak
atas segala bantuannya sehingga makalah ini dapat tersusun, semoga bermanfaat
bagi para pembaca sekalian. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dalam dunia pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.
Penyusun
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu segala kritik dan saran yang membangun sangatlah penyusun harapkan demi
kesepurnaan makalah ini.
Pringsewu, Agustus
2019
Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
Kemiskinan ..................................................................
B. Indikator-Indikator
Kemiskinan ................................................
C. Faktor-Faktor
Penyebab Kemiskinan .....................................
D. Perkembangan
Tingkat Kemiskinan di Indonesia ...............
E. Tantangan
Kemiskinan di Indonesia .....................................
F. Kebijakan
dan Program Penuntasan Kemiskinan................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 12
B. Saran........................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Keadaan Perekonomian dewasa ini sangat
memprihatinkan. Yang kita ketahui khususnya di Indonesia kini terdapat berbagai
permasalahan yang menyangkut mengenai kehidupan bermasyarakat, antara lain
masalah kemiskinan, masalah pengangguran, masalah lingkungan hidup, dll.
Permasalahan tersebut timbul akibat semakin meningkatnya keadaan ekonomi yang
tidak disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Khususnya masyarakat menengah
kebawah. Hingga kini kemiskinan masih menjadi bagian dari persoalan terberat
dan paling krusial di dunia ini.
Pada kesempatan ini penulis mencoba
memaparkan secara global kemiskinan negara-negara di dunia, yaitu negara-negara
berkembang yang nota-benenya ada di belahan benua Asia. Kemudian juga pemaparan
secara spesifik mengenai kemiskinan di Negara Indonesia. Adapun yang
dimaksudkan Negara berkembang adalah Negara yang memiliki standar pendapatan
rendah dengan infrastruktur yang relatif terbelakang dan minimnya indeks
perkembangan manusia dengan norma secara global. Dalam hal ini kemiskinan
tersebut meliputi sebagian Negara-negara Timur-Tengah, Asia selatan, Asia
tenggara dan Negara-negara pinggiran benua Asia.
B.
Rumusan
Masalah
Dari permasalahan kemiskinan yang terjadi,
penulis mencoba untuk mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Apa
definisi dari kemiskinan?
2. Apa
indikator terjadinya kemiskinan?
3. Faktor
apa saja yang menjadi penyebab kemiskinan?
4. Bagaimanakah
tingkat perkembangan kemiskinan di Indonesia?
5. Apa
tantangan dalam menghadapi kemiskinan di Indonesia?
6. Kebijakan
dan Program Penuntasan Kemiskinan di Indonesia?
C.
Maksud
dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Menumbuhkan
kesadaran masyarakat Indonesia yang mampu dalam hal materi agar ikut berperan
serta untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
2. Memberikan
informasi kepada masyarakat Indonesia untuk menghadapi kemiskinan yang
merupakan tantangan global dunia ketiga.
3. Untuk
mengetahui sejauh mana upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di
Indonesia.
4. Makalah
ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan
permasalahan dan upaya penyelesaian kemiskinan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Kemiskinan
Dalam kamus ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung
arti tidak berharta (harta yang ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek.
Adapun kata “fakir” diartikan sebagai orang yang sangat miskin. Secara
Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat dengan masalah
konsumsi. Hal ini bermula sejak masa neo-klasik di mana kemiskinan hanya
dilihat dari interaksi negatif (ketidakseimbangan) antara pekerja dan upah yang
diperoleh.
Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai suatu
keadaan dimana seseorang tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari atau bisa dikatakan dengan suatu kondisi serba kekurangan dalam
arti minimnya materi yang dimana mereka ini tidak dapat menikmati fasilitas
pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia
pada jaman modern.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka perkembangan arti definitif dari pada kemiskinan adalah sebuah
keniscayaan. Berawal dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi
dasar dan memperbaiki keadaan hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan
komponen-komponen sosial dan moral. Misal, pendapat yang diutarakan oleh Ali
Khomsan bahwa kemiskinan timbul oleh karena minimnya penyediaan lapangan kerja
di berbagai sektor, baik sektor industri maupun pembangunan. Senada dengan
pendapat di atas adalah bahwasanya kemiskinan ditimbulkan oleh ketidakadilan
faktor produksi, atau kemiskinan adalah ketidakberdayaan masyarakat terhadap
sistem yang diterapkan oleh pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang
sangat lemah dan tereksploitasi. Arti definitif ini lebih dikenal dengan
kemiskinan struktural.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian:
kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang
termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah
garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan,
sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif
sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah
kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan
sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
B.
Indikator-Indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita
untuk menelusuri secara detail indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun
indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat
Statistika, antara lain sebagai berikut :
1.
Ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
2.
Tidak adanya akses
terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air
bersih, dan transportasi).
3.
Tidak adanya
jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
4.
Kerentanan terhadap
goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5.
Rendahnya kualitas
sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
6.
Kurangnya apresiasi
dalam kegiatan sosial masyarakat.
7.
Tidak adanya akses
dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8.
Ketidakmampuan
untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9.
Ketidakmampuan dan
ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah
tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
C.
Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Ada dua kondisi
yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu kemiskinan alami dan kemiskinan
buatan. Kemiskinan alami terjadi akibat sumber daya alam (SDA) yang terbatas,
penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan
diakibatkan oleh imbas dari para birokrat kurang berkompeten dalam penguasaan
ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia, sehingga mengakibatkan susahnya
untuk keluar dari kemelut kemiskinan tersebut. Dampaknya, para ekonom selalu
gencar mengkritik kebijakan pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan
ketimbang dari pemerataan.
Di bawah ini
beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah Kuraiyyim, yang antara
lain adalah:
1.
Merosotnya standar
perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
Yang penting
digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak
seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas
berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula
sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan
turun beriringan. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar
perkembangan pendapatan per-kapita:
·
Naiknya standar
perkembangan suatu daerah.
·
Politik ekonomi
yang tidak sehat.
·
Faktor-faktor luar
negeri, diantaranya:
1) Rusaknya syarat-syarat perdagangan
2) Beban hutang
3) Kurangnya bantuan luar negeri, dan
4) Perang
2.
Menurunnya etos
kerja dan produktivitas masyarakat.
Terlihat jelas
faktor ini sangat urgent dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh karena
itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung
dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa
dipertanggungjawabkan dengan maksimal
3.
Biaya kehidupan
yang tinggi.
Melonjak tingginya
biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak adanya
keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah
konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena
kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan publik dan
banyaknya pengangguran.
4.
Pembagian subsidi
in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain
menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan untuk para
warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga.
Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.
D.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia
Laporan Bank
Pembangunan Asia (ADB) menyebutkan bahwa dalam lima tahun terakhir keadaan
kemiskinan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini diduga karena pesatnya
pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan meningkatnya Gross Domestic
Product (GDP) dan atau disebabkan semakin luasnya kesenjangan social.
Hingga kini kemiskinan merupakan problematika
kemanusiaan yang menjadi isu sentral di Indonesia. Lebih dari 110 juta orang
Indonesia hidup dengan penghasilan kurang dari US$ 2 per hari. Jumlah ini sama
dengan jumlah penduduk Malaysia, Vietnam, dan Kamboja jika digabungkan.
Sebagian besar penduduk miskin di Asia Tenggara tinggal di Indonesia.
Kemiskinan menjadi
alasan rendahnya Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia)
Indonesia. Secara menyeluruh, kualitas manusia Indonesia relatif sangat rendah
jika dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia.
United Nations Development Programme (UNDP) menempatkan HDI Indonesia di
peringkat 124 dari 187 negara pada tahun 2011. Di tahun yang sama, jumlah
penduduk miskin di Indonesia mencapai 30 juta orang, sebesar 37% dari jumlah
tersebut berada di daerah perkotaan dan 63% di daerah pedesaan.
Kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi
kebutuhan pangan, sandang, dan papan secara terbatas, membuat anak-anak tidak
bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan,
kurangnya kemampuan untuk menabung dan berinvestasi, minimnya akses ke
pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan dan jaminan sosial, serta
menguatnya arus urbanisasi ke kota.
E.
Tantangan Kemiskinan di Indonesia
Masalah kemiskinan di Indonesia sarat sekali
hubungannya dengan rendahnya tingkat Sumber Daya Manusia (SDM). dibuktikan oleh
rendahnya mutu kehidupan masyarakat Indonesia meskipun kaya akan Sumber Daya
Alam (SDA). Sebagaimana yang ditunjukkan oleh rendahnya Indeks Pembangunan
Masyarakat (IPM) Indonesia pada tahun 2002 sebesar 0,692. yang masih menempati
peringkat lebih rendah dari Malaysia dan Thailand di antara negara-negara
ASEAN. Sementara, Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) Indonesia pada tahun yang sama
sebesar 0,178. masih lebih tinggi dari Filipina dan Thailand. Selain itu,
kesenjangan gender di Indonesia masih relatif lebih besar dibanding negara
ASEAN lainnya.
Tantangan lainnya adalah kesenjangan
antara desa dan kota. Proporsi penduduk miskin di pedesaan relatif lebih tinggi
dibanding perkotaan. Data Susenas (National Social Ekonomi Survey) 2004
menunjukkan bahwa sekitar 69,0 % penduduk Indonesia termasuk penduduk miskin
yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Selain itu juga tantangan yang
sangat memilukan adalah kemiskinan di alami oleh kaum perempuan yang
ditunjukkan oleh rendahnya kualitas hidup dan peranan wanita, terjadinya tindak
kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta masih rendahnya angka pembangunan
gender (Gender-related Development Indeks, GDI) dan angka Indeks pemberdayaan
Gender(Gender Empowerment Measurement,GEM).
Tantangan selanjutnya adalah otonomi
daerah. di mana hal ini mempunyai peran yang sangat signifikan untuk
mengentaskan atau menjerumuskan masyarakat dari kemiskinan. Sebab ketika
meningkatnya peran keikutsertaan pemerintah daerah dalam penanggulangan
kemiskinan. maka tidak mustahil dalam jangka waktu yang relatif singkat kita
akan bisa mengentaskan masyarakat dari kemiskinan pada skala nasional terutama
dalam mendekatkan pelayanan dasar bagi masyarakat. Akan tetapi ketika
pemerintah daerah kurang peka terhadap keadaan lingkungan sekitar, hal ini
sangat berpotensi sekali untuk membawa masyarakat ke jurang kemiskinan, serta
bisa menimbulkan bahaya laten dalam skala Nasional.
F.
Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan
1.
Penanganan Masalah
Kurang Gizi dan Kekurangan Pangan
2.
Perluasan
Kesempatan Masyarakat Miskin Atas Pendidikan
3.
Perluasan
kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan
4.
Perluasan
Kesempatan Berusaha
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah
yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula
dari sikap pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang
alami dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak. Pengentasan
masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan
masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah tugas dan
tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Ketika terjalin kerja sama
yang romantis baik dari pemerintah, nonpemerintah dan semua lini masyarakat.
Dengan digalakkannya hal ini, tidak perlu sampai 2030 kemiskinan akan mencapai
hasil yang seminimal mungkin.
B.
Saran
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global
diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain
itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman
globalisasi ke depan mau tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam
pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah
standar global.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Suharto, Eko Ph.D.( 2009), “ Kemiskinan &
Perlindungan Sosial di Indonesia, Menggagas Model Jaminan Sosial Universal
Bidang Kesehatan”,: Bandung
Ø Edi Suharto.
Phd. Konsep Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya.
Ø Sukirno Sadono, Ekonomi Pembangunan, Depok, Lembaga
penerbit fakultas ekonomi universitas Indonesia,1978
BPS Provinsi DKI Jakarta. 2009. Jakarta Dalam Angka 2009.
Jakarta : BPS Provinsi DKI Jakarta
0 comments:
Post a Comment