KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan karunianya makalah ini
telah dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Keberhasilan kami dalam penulisan
makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu kami menyampaikan terimakasih pada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu
di perbaiki,untuk itu kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Jakarta, Februari
2020
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL....................................................................................... i
KATA
PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR
ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan
masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan
penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi...................................................................................................... 3
B. Etiologi...................................................................................................... 4
C. Patofisiologi
dan Pathway......................................................................... 5
D. Manifestasi
Klinis...................................................................................... 6
E. Komplikasi................................................................................................. 7
F.
Pemeriksaan Penunjang............................................................................. 8
G. Penatalaksanaan......................................................................................... 9
BAB III
ASKEP
A. Konsep
Askep............................................................................................ 10
B. Pengkajian.................................................................................................. 12
C. Diagnosa
Keperawatan............................................................................... 14
D. Intervensi
Keperawatan.............................................................................. 15
E. Implementasi
............................................................................................. 17
F. Evaluasi
Keperawatan................................................................................ 18
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi
sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan., anak pada akhirnya juga
sebagai generasi penerus bangsa.olehkare itu tidak satupun orang tua yang
menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih – lebih bila anaknya mengalami kejang
demam.
Epilepsi merupakan kelainan
neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini
terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 380c)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah
infeksi saluran pernafasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan.
(ngastyah, 2002)
Insiden terjadinya kejang demam
terutama pada golongan anak umur 5 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak
yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih
sering didapatkan pada laki – laki dari pada perempuan. Hal tersebut disebabkan
karena pada wanita didapatkan maturnasi selebral yang lebih cepat dibandingkan
laki – laki. ( Me.sumijati.2000)
Bangkitan kejang berulang atau
kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel – sel otak kurang
menyenangkan dikemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental
atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. ( iskandar
wahidiyah, 2001)
Epilepsi merupakan kedaruratan medis
yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini serta
pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untukmenghindari cacat yang lebih
parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat
atau paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut
serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang
meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilatif secara terpadu dan
berkesinambungan sertamemandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara
bio-psiko-sosial spritual, prioritas asuhan keperawatan pada epilepsi adalah:
Mencegah atau mengendalikan
aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas,
meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga
tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penganannya ( I Made
kariaa,2000).
B.
Tujuan
penulisan
1) Tujuan
umum
Untuk
mengetahui asuhan keperawatan pada kasus epilepsi pada pasien anak.
2) Tujuan
khusus
a. Mampu
melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subjektif dan data objektif pada
pasien dengan epilepsi
b. Mampu
menganalisa data yang diperoleh
c. Mampu
merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan epilepsi
d. Mampu
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ditemukan
e. Mampu
mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan.
C.
Manfaat
penulisan
a.
Hasil analisis ini diharpkan bermanfaat sebagai informasi
dan penegtahuan khususnya untuk pasien epilepsi dan keluarganya sehingga
diharapkan agar keluarga dapat lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda
dan gejala yang terjadi.
b.
Hasil analisis ini diharapkan sebagai
bahan masukan, acuan dan pertimbangan bagi profesi keperawatan untuk lebih
meningkatkan edukasi dalam menangani pasien epilepsi pada saat memberikan pengobatan.
D.
Sumber
data
a. Data
primer
Didapatkan
melalui wawancara dan observasi terhadap pasien dan keluarga
b. Data
sekunder
Data
sekunder didapatkanmelalui : catatan medik dan catatan perawatan.
Hasil – hasil perawatan yang menunjang.
Catatan tenaga kesehatan lain yang terdekat.
BAB
II
EPILEPSI
A.
Definisi
·
Epilepsi merupakan kondisi yang yang
secara berulang dipicu oleh masalah didalam otak. Epilepsi gangguan neurologi
umum yang ditemukan pada masa kanak – kanak walaupun cedera otak atau infeksi
juga dapat menyebabkan epilepsi pada usia berapa pun.
·
Epilepsi atau kejang pada bayi baru
lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda dengan kejang pada anak
atau orang dewasa. Hal ini disebabkan ketidakmatangan pada organisasi korteks
pada bayi baru lahir.kejang umum tonik – kronik jarang pada bayi baru lahir.
Manifestasi pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiper aktif, kejang –
kejang, tiba – tiba menangis melengking, tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya
kesadaran, dan gerakan yang tidak menentu.
·
Epilepsi adalah kejang yang menyerang
seseorang yang tampak sehat atau sebagai suatu ekserbasi dalam kondisi kronis
sebagai akibat oleh disfungsi otak sesaat dimanifestasikan sebagai fenomena
motorik, sensorik, otonomik, atau kronis dengan serangan kejang spontan yang
berulang.
·
Epilepsi adalah gejala komplek dari
gangguan fungsi otak berat dikarekteristikkan oleh kejang berulang, sehingga
epilepsi bukan penyakit tetapi gejala.
B.
Etiologi
Neuron dalam susunan pusat ( SSP ) mengalami
depolarisasi sebagai akibat dari masuknya kalium dan Repolasrisasi timbul
akibat keluarnya kalium. Kejang timbul bila terjadi depolarisasi berlebihan
akibat arus listrik yang terus – menerus dan berlebihan.
Volpe mengemukakan empat kemungkinan alasan
terjadinya depolarisasi yang berlebihan yaitu :
·
gagalnya pompa natrium kalium kartena
gangguan produksi energi
·
selisih relaif antara neurotransmitter
eksitasi dan inhibisi
·
defisiensi relati neurotransmitter
inhibisi dibandingkan eksitasi
·
perubahan membran neuronmenyebabkan
hambatan gerakan natrium
·
tetapi dasar mekanisme kejang pada
neuonatus masih belum dapat diketahui dengan jelas.
C.
Patofisiologis
Epilepsi merupakan gangguan yang komplek pada SSP
yang menyerang fungsi otak. Kejang berulang atau kejang tanpa pemicu merupakan
manifestasi klinis epilepsi dan terjadi akibat gangguan komunikasi listrik
diantara neuron otak.gangguan tersebut terjadi akibat ketidakseimbangan antara
mekanisme eksitasi dan inhibisi didalam otak yang mengakibatkan neuron “
bangkit “ (terstimulasi) saat seharusnya
tidak “ bangkit “ . ada banyak penyebab epilepsi. Epilepsi dapat dapatan
dan berkaitan dengan cedera otak atau dapat memiliki kecenderungan familial.meskipun
demikian, pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui ( centers for disease
control and prevention, 2010c).
Ada
dua kategori utama kejang , yaitu kejang parsial dan kejang umum.pada kejang
parsial hanya satu kejang otak yang terlibat, sementara kejang umum kanak –
kanak kejang parsial.kejang parsial dapat diklasifikasikan sederhana atau kompleks
(johnston,2007). Kejang umum meliputi spasme infatil, kejang alfa, kejang tonik
– tonik, kejang mioklonik,dan kejang atonik. Ada banyak tipe kejang dan
klasifikasi tipe kejang sangat penting dalam membantu manajemen dan pengendalian
kejang. Tidak semua kasus mudah diklasifikasikan. Tipe kejang yang paling umum
didiskusikan.
D.
Manifestasi
klinis
1.
Gejala kejang yang spesifik akan
tergantung pada macam kejangnya, jenis kejang dapat bervariasi antara pasien,
namun cenderung serupa
2.
kejang komplek parsial dapat termasuk
gambaran somatosensori atau motor fokal
3.
kejang komplek parsial dikaitkan dengan
perubahan kesadaran
4.
ketiadaan kejang dapat tampak relative
ringan, dengan periode perubahan kesadaran hanya sangat singkat ( detik )
5.
kejang tonik klonik umum merupakan
episode konvulsif utama dan selalu dikaitkan dengan kehilangan kesadaran.
Berdasarkan dengan tanda klinik dan data EEG, kejang
pada epilepsi dibagi menjadi dua :
1.
kejang umum ( generalized seizure); jika
diaktifkan terjadi pada kedua hemisfer otak secara bersama – sama. Kejang umum
terbagi atas :
a)
tonic – clonic convulsion ( grand mal )
merupakan
bentuk paling banyak terjadi pasien tiba – tiba jatuh, kejang nafas terengah –
engah, keluar air liur, bisa terjadi sianosis, menggit lidah beberapa menit,
lemah, kebingungan dan sakit kepala.
b)
Abscense attacks? Lena ( petit mal)
Merupakan
jenis yang jarang umum yang terjadi pada anak – anak atau awal remaja penderita
tiba – tiba melotot, atau matanya berkedip – kedip.
c)
Myoclonic seizure
Biasanya
terjadi pada pagi hari , setelah bangun tidur pasien mengalami sentakan tiba –
tiba. Jenis yang sama ( tapi non – epileptik ) bisa terjadi pada pasien normal.
d)
Atonic seizure
Jarang
terjadi pasien tiba – tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bsa segara
recovered.
2.
Kejang parsial /focal jika dimulai dari
daerah tertentu dari otak. Kejang parsial terbagi dua :
a)
Simple partial seizures
Pasien
tidak kehilangan kesadaran terjadi sentakan- sentakan pada bagian tertentu dari
tubuh.
b)
Complex partial seizures
Pasien
melakukan gerakan – gerakan tak terkendali: gerakan mengunyah, meringis, dan
lain – lain tanpa kesadaran.
E.
Komplikasi
kejang epilepsi dapat membahayakan penderitanya dan
orang lain jika tidak ditangani segera mungkin. Bahaya tersebut dapat berupa
terjatuh saat kejang, hingga risiko mengalami cedera atau patah tulang. Bahaya
lainya adalah hilang kesadaran ketika kejang, komplikasi kesehatan mental yang
sring timbul antara lain adalah depresi, kegelisahan, atau keinginan untuk
bunuh diri.
Epilepsi
dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan nyawa. Komplikasi tersebut
adalah status epileptikus, yaitu kejang yang berlangsungan lebih dari lima
menit, atau kejang yang berulang tanpa diselingi kondisi sadar diantara kejang.
Komplikasi membahaya lainnya adalah kematian mendadak dengan penyebab yang
belum diketahui. Kondisi ini dapat dialami penderita kejang yang tidak
terkendalikan dengan obat.
F.
Pemeriksaan
penunjang
1.
Elektroensefalogram (EEG)
2.
Magnetic resonance imanging (MRI)
3.
Computed tomograpy (CT Scan)
G.
Penatalaksanaan
Tujuan utama dari terapi epilepsi adalah tercapainya
kualitas hidup penderita yang optimal. Ada beberapa cara
untuk mencapai tujusn tersebut antara lain menghentikan bangkitan, mengurangi
frekuensi bangkitan tanpa efek samping atau pun efek samping semaksimal mungkin
serta menurunkan angka kesakitan dan kematian. ( arif, mansjoer ).
1.
Non farmakologi
a.
Amati faktor pemicu
b.
Menghindari faktor pemicu ( jika ada ),
misalnya: stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur,
terlambat makan, dan lain – lain.
2.
Farmakologi
Dalam
farmakoterapi, terdapat prinsip – prinsip penatalaksanaan untuk epilepsi
yakni:(2)
a.
Obat anti epilepsi (OAE) mulai diberikan
apabila diagnosis epilepsi sudah dipastikan, terdapat minimum 2 kali bangkitan
dalam setahun. Selain itu pasien dan keluarganya harus terlebih dahulu diber
penjelasan mengenai tujuan pengobatan dan efek samping dari pengobatan
tersebut.
b.
Terapi dimulai dengan monoterapi
c.
Pemberian obat dimulai dari dosis rendah
dan dinaikan secara bertahap sampai dengan dosis efektif tercapai atau timbul
efek samping obat.
d.
Apabila dengan penggunaan OAE dosis
maksimum tidak dapat mengontrol bangkitan, maka ditambahkan OAE kedua dimana
bila sudah mencapai dosis terapi, maka OAE pertama dosisnya diturunkan secara
perlahan.
e.
Adapun penambahan OAE ketiga baru
diberikan setelah terbukti bangkitan tidak terkontrol dengan pemberian OAE
pertama dan kedua.
Menggunakan obat – obat antiepilepsi yaitu:
1.
Obat – obat yang meningkatkan inaktivasi
kanal Na+:
Inaktivasi
kanal na, menurunkan kemampuan syaraf untuk menghantarkan muatan listrik.
Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat.
2.
Obat – obat yang meningkatkan transmisi
inhibitori GABAergik :
a.
Agonis reseptor GABA , meningkatkan
transmisi inhibitori dengan mengaktifkan kerja reseptor GABA, contoh :
benzodiazepin, barbiturat.
b.
Menghambat GABA transaminase,
konsentrasi GABA meningkat, contoh vigabatrin menghambat GABA transporter,
memperlama aksi GABA, contoh: Tiagabin
c.
Meningkatkan konsentrasi GABA pada
cairan cerebrospinal pasien mungkin menstimulasi pelepasan GABA dari non- vesikular pool contoh: Gabapentin.
BAB
III
A. KONSEP PROSES KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat
kejang pasien. Pasien ditanya tentang faktor atau kejadian yang dapat
menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat. Efek epilepsi dari gaya hidup
dikaji:
Ø Apakah
ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang?
Ø Apakah
pasien mempunyai program rekreasi?kontak sosial?
Ø Mekanisme
koping apa yang digunakan ?
Observasi dan pengkajian selama dan setelah kejang
akan membantu dalam mengidentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.
1.
Selama serangan :
Ø Apakah
ada kehilangan kesadaran atau pingsan
Ø Apakah
ada kehilangan sesaat atau lena
Ø Apakah
pasiean menangis, hilang kesadaran, jatuh kelantai.
Ø Apakash
disertai komponen motorik seperti kejang tonik,kejang klonik, kejang tonik -
klonik, kejang meaklonik, kejang atonik.
Ø Apakah
pasien menggigit lidah
Ø Apakah
mulut berbuih
Ø Apakah
ada inkontinen urin
Ø Apakah
bibir atau muka berubah warna
Ø Apakah
mata atau kepala menyimpang pada satu posisi
Ø Berapa
lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya beruabah pada satu sisi atau
keduanya.
2.
Sesudah serangan:
Ø Apakah
pasien : letargi, bingung, sakit kepala, otot – otot sakit, gangguan bicara
Ø Apakah
ada peruabahan dalam gerakan
Ø Sesuadah
serangan apakah pasien masih ingatapa yang terjadi sebelumnya, selama dan
sesudah serangan.
Ø Apakah
terjadi tingkat perubahan kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut jantung
Ø Evaluasi
kemungkinan terjadi cedera selama kejang
3.
Riwayat sebelum serangan
Ø Apakah
ada gangguan tingkat laku, emosi
Ø Apakah
disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.
Ø Apakah
ada aura yang mendahului serangan, baik sensorei, auditorik, olfaktorik maupun
visual.
4.
Riwayat penyakit
Ø Sejak
kapan serangan terjadi
Ø Pada
usia berapa serangan pertama
Ø Frekuensi
serangan
Ø Apakah
ada keadaan yang mempresitasi seranagn, seperti demam kurang tidur, keadaan
emosional.
Ø Apakah
penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang dengan gangguan kesadaran
kejang – kejang.
Ø Apakah
makan obat – obat tertentu
Ø Apakah
ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
5.
Riwayat kesehatan
a.
Riwayat keluarga dengan kejang
b.
Riwayat dengan kejang demam
c.
Tumor intrakranial
d.
Trauma kepal terbuka, stroke
6.
Riwayat kejang
a.
Berapa serng terjadi kejang
b.
Gambaran kejang seperti apa
c.
Apakah sebelum kejang ada tanda – tanda
vital
d.
Apakah yang dilakukakn pasien setelah
kejang
7.
Riwayat pengguanaan obat
a.
Nama obat yang dipakai
b.
Dosis obat
c.
Berapa kali pengguanaan obat
d.
Kapan outus obat
8.
Pemeriksaan fisik
a.
Tingkat kesadaran
b.
Abnormal posisi mata
c.
Perubahan pupil
d.
Garakan motorik
e.
Tingkah laku stelah kejang
f.
Apnea
g.
Cyanosis
h.
Saliva banyak
9.
Psikososial
a.
Usia
b.
Jenis kelamin
c.
Peran dalam keluarga
d.
Stategi koping yang digunakan
e.
Gaya hidup dan dukungan yang ada
10.
Pengetahuan pasien dan keluarga
a.
Kondisi penyakit dan pengobatan
b.
Kondisi kronik
c.
Kemampuan membaca dan belajar
11.
Pemeriksaan diagnostik
a.
Laboratorium
b.
Radiologi
B.
Diagnosa keperawatan
1) Resiko
tinggi terhadap trauma atau penghentian pernapasan.
2) Resiko
tinggi tidak efektif jalan napas, pola napas b.d kerusakan persepsi
3) Ganguan
harga diri atau identitas pribadi b.d persepsi tidak terkontrol
4) Kurang
pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
C.
Intervensi keperawatan
1)
Dx. Resiko tinggi terhadap trauma atau
penghentian pernapasan.
a.
Pertahankan bantalan lunak pada
penghalang tempat tidur yang terpasang dengan tempat tidur posisi rendah .
b.
Evaluasi kebutuhan untuk atau berikan
perlindungan pada kepala
c.
Gunakan termometer dengan bahan metal
atau dapatkan suhumelalui lubang telingan jika perlu.
d.
Pertahankan tirah baring secara ketat
jika pasien mengalami tanda – tanda timbulnya fase prodomal. Jelaskan pada
orang tua klien perlu nya kegiatan ini.
e.
Tinggalah bersama pasien dalam waktu
beberapa selama setelah kejang.
f.
Masukan jalan nafas buatan yang terbuat
dari plastik biarkan pasien menggigit benda lunak antara gigi (jika rahang
sedang relaksasi). Miringkan kepala kesalah satusisi atau lakukan penghisapan
pada jalan nafas sesuai indikasi.
g.
Atur kepala tempatkan diatas daerah yang
empuk atau bantu meletakkan pada lantai jika keluardari tempat tidur. Jangan
melakukan reistren.
h.
Catat tipe dari aktivitas kejang. (
seperti lokasi atau lamanya aktivitas motorik, hilang atau penurunan kesadaran,
inkontenensial) dan berapa kali terjadi ( frekuensi kambuhnya ).
2)
Dx. Resiko tinggi tidak efektif jalan
napas, pola napas b.d kerusakan persepsi
Intervensi
:
mandiri
a.
Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut
dari benda zat tertentu gigi palsu atau alat yang lain jika fase aura terjadi
dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala
awal.
b.
Letakakn pasien pada posisi miring,
permukaan datar, miringkan kepala selama kejang
c.
Tinggalkan pakaian pada daerah leher
abdomen
d.
Masukan spatel lidah atau gulungan benda
lunak sesuai dengan indikasi
e.
Lakukan pengisapan sesuai indikasi
Kolaborasi
a.
Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan
pada fase posiktal
b.
Siapkan untuk melakukan inkubasi, jika
ada indikasi.
3)
Dx. Ganguan harga diri atau identitas
pribadi b.d persepsi tidak terkontrol
a.
Diskusikan perasaaan klien mengenai
diagnostic, persepsi diriterhdap penanganan yang dilakukan. Anjurkan untuk
mengungkapkan perasaannya
b.
Identifikasi kemungkinan reaksi orang
pada keadaan penyakinya
c.
Hindari pemberian perlindungan yang amat
berlebihan pada klien. Anjurkan aktivitas dengan memberikan pengawasan atau
pemantauan jika indikasi.
d.
Tentukan sikap atau kecakapan orang
terdekat. Bantu ia menyadari perasaan itu adalah normal.
4)
Dx. Kurang pengetahuan mengenai kondisi
dan aturan pengobatan
Intervensi:
a.
Jelaskan kembali mengenai tentang
patofisiologi atau prognosis penyakit dan perlunya pengobatan penanganan dalam
jangka waktu yang lama sesuai indikasi
b.
Tinjau kembali obat – obat yang didapat,
penting sekali memakan obat sesuai petunjuk.
c.
Berikan petunjuk yang jelas pada pasien
untuk minumobat pada saat bersamaan waktu makan, jika memungkinkan.
d.
Diskusikan mengenai efek samping secara
khusus, seperti mengantuk,gangguan penglihatan, mual atau muntah, ruam pada
kulit.
e.
Anjurkan pasien menggunakan semacam
gelang identitas
f.
Tekan kan perlu ada nya evaluasi yang
teratur melakukan pemeriksaan laboratorium yang teratur sesuai dengan indikasi.
g.
Bicarakan kembali kemungkinan efek dari
perubahan hormonal.
h.
Diskusikan manfaat dan kesehatan umum
yang baik
i.
Tinjau kembali penting nya tentang
kebersirhan mulut, dan perawatan gigi teratur
D. Implementasi
Pelaksaaan keperawatan merupakan
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama
pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitorkan kemajuan klien ( santosa.
NI, 1989).
E.
Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses
keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan objektif yang akan
menunjukan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila
perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya ( santosa NI, 1989).
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Ai
yeyeh & lia yulianti. 2010. Asuhan
neonatus, bayi dan anak balita. Yogyakarta: buku kesehatan.
2.
Devi
yulianti dkk. 2012. Keperawatan pediatri
edisi 2. Jakarta : buku kedokteran EGC.
3.
Amin
& hardhi kusuma. 2015. Aplikasi
asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic – noc.
jogjakarta : mediaction jogja.
0 comments:
Post a Comment