Materi dan Informasi silahkan kutip jika materi dari blog ini bermanfaat bagi anda dan jangan lupa sertakan sumbernya

WAKTU

14 June, 2020

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK EPILEPSI




KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya makalah  ini telah dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Keberhasilan kami dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu kami menyampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu di perbaiki,untuk itu kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Jakarta,      Februari 2020


Penyusun






DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar belakang .......................................................................................... 1
B.       Rumusan masalah ..................................................................................... 2
C.       Tujuan penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A.      Definisi...................................................................................................... 3
B.       Etiologi...................................................................................................... 4
C.       Patofisiologi dan Pathway......................................................................... 5
D.      Manifestasi Klinis...................................................................................... 6
E.       Komplikasi................................................................................................. 7
F.        Pemeriksaan Penunjang............................................................................. 8
G.      Penatalaksanaan......................................................................................... 9

BAB III ASKEP 
A.    Konsep Askep............................................................................................ 10
B.     Pengkajian.................................................................................................. 12
C.     Diagnosa Keperawatan............................................................................... 14
D.    Intervensi Keperawatan.............................................................................. 15
E.     Implementasi ............................................................................................. 17
F.      Evaluasi Keperawatan................................................................................ 18

 DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Anak  merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan., anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa.olehkare itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih – lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Epilepsi merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 380c) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (ngastyah, 2002)
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 5 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki – laki dari pada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturnasi selebral yang lebih cepat dibandingkan laki – laki. ( Me.sumijati.2000)
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel – sel otak kurang menyenangkan dikemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. ( iskandar wahidiyah, 2001)
Epilepsi merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan  segera.
Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untukmenghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat atau paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilatif secara terpadu dan berkesinambungan sertamemandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial spritual, prioritas asuhan keperawatan pada epilepsi adalah:
Mencegah atau mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penganannya ( I Made kariaa,2000).

B.     Tujuan penulisan
1)      Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus epilepsi pada pasien anak.
2)      Tujuan khusus
a.       Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subjektif dan data objektif pada pasien dengan epilepsi
b.      Mampu menganalisa data yang diperoleh
c.       Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan epilepsi
d.      Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ditemukan
e.       Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan.

C.    Manfaat penulisan
a.      Hasil analisis  ini diharpkan bermanfaat sebagai informasi dan penegtahuan khususnya untuk pasien epilepsi dan keluarganya sehingga diharapkan agar keluarga dapat lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda dan gejala yang terjadi.
b.      Hasil analisis ini diharapkan sebagai bahan masukan, acuan dan pertimbangan bagi profesi keperawatan untuk lebih meningkatkan edukasi dalam menangani pasien epilepsi pada saat memberikan pengobatan.

D.    Sumber data
a.       Data primer
Didapatkan melalui wawancara dan observasi terhadap pasien dan keluarga

b.      Data sekunder
Data sekunder didapatkanmelalui : catatan medik dan catatan perawatan.
 Hasil – hasil perawatan yang menunjang. Catatan tenaga kesehatan lain yang terdekat.












BAB II
EPILEPSI
A.    Definisi
·         Epilepsi merupakan kondisi yang yang secara berulang dipicu oleh masalah didalam otak. Epilepsi gangguan neurologi umum yang ditemukan pada masa kanak – kanak walaupun cedera otak atau infeksi juga dapat menyebabkan epilepsi pada usia berapa pun.
·         Epilepsi atau kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda dengan kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini disebabkan ketidakmatangan pada organisasi korteks pada bayi baru lahir.kejang umum tonik – kronik jarang pada bayi baru lahir. Manifestasi pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiper aktif, kejang – kejang, tiba – tiba menangis melengking, tonus otot  hilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran, dan gerakan yang tidak menentu.
·         Epilepsi adalah kejang yang menyerang seseorang yang tampak sehat atau sebagai suatu ekserbasi dalam kondisi kronis sebagai akibat oleh disfungsi otak sesaat dimanifestasikan sebagai fenomena motorik, sensorik, otonomik, atau kronis dengan serangan kejang spontan yang berulang.
·         Epilepsi adalah gejala komplek dari gangguan fungsi otak berat dikarekteristikkan oleh kejang berulang, sehingga epilepsi bukan penyakit tetapi gejala.

B.     Etiologi
Neuron dalam susunan pusat ( SSP ) mengalami depolarisasi sebagai akibat dari masuknya kalium dan Repolasrisasi timbul akibat keluarnya kalium. Kejang timbul bila terjadi depolarisasi berlebihan akibat arus listrik yang terus – menerus dan berlebihan.
Volpe mengemukakan empat kemungkinan alasan terjadinya depolarisasi yang berlebihan yaitu :
·         gagalnya pompa natrium kalium kartena gangguan produksi energi
·         selisih relaif antara neurotransmitter eksitasi dan inhibisi
·         defisiensi relati neurotransmitter inhibisi dibandingkan eksitasi
·         perubahan membran neuronmenyebabkan hambatan gerakan natrium
·         tetapi dasar mekanisme kejang pada neuonatus masih belum dapat diketahui dengan jelas.

C.    Patofisiologis
Epilepsi merupakan gangguan yang komplek pada SSP yang menyerang fungsi otak. Kejang berulang atau kejang tanpa pemicu merupakan manifestasi klinis epilepsi dan terjadi akibat gangguan komunikasi listrik diantara neuron otak.gangguan tersebut terjadi akibat ketidakseimbangan antara mekanisme eksitasi dan inhibisi didalam otak yang mengakibatkan neuron “ bangkit “ (terstimulasi) saat seharusnya  tidak “ bangkit “ . ada banyak penyebab epilepsi. Epilepsi dapat dapatan dan berkaitan dengan cedera otak atau dapat memiliki kecenderungan familial.meskipun demikian, pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui ( centers for disease control and prevention, 2010c).
Ada dua kategori utama kejang , yaitu kejang parsial dan kejang umum.pada kejang parsial hanya satu kejang otak yang terlibat, sementara kejang umum kanak – kanak kejang parsial.kejang parsial dapat diklasifikasikan sederhana atau kompleks (johnston,2007). Kejang umum meliputi spasme infatil, kejang alfa, kejang tonik – tonik, kejang mioklonik,dan kejang atonik. Ada banyak tipe kejang dan klasifikasi tipe kejang sangat penting dalam membantu manajemen dan pengendalian kejang. Tidak semua kasus mudah diklasifikasikan. Tipe kejang yang paling umum didiskusikan.




D.    Manifestasi klinis
1.      Gejala kejang yang spesifik akan tergantung pada macam kejangnya, jenis kejang dapat bervariasi antara pasien, namun cenderung serupa
2.      kejang komplek parsial dapat termasuk gambaran somatosensori atau motor fokal
3.      kejang komplek parsial dikaitkan dengan perubahan kesadaran
4.      ketiadaan kejang dapat tampak relative ringan, dengan periode perubahan kesadaran hanya sangat singkat ( detik )
5.      kejang tonik klonik umum merupakan episode konvulsif utama dan selalu dikaitkan dengan kehilangan kesadaran.

Berdasarkan dengan tanda klinik dan data EEG, kejang pada epilepsi dibagi menjadi dua :
1.      kejang umum ( generalized seizure); jika diaktifkan terjadi pada kedua hemisfer otak secara bersama – sama. Kejang umum terbagi atas :
a)      tonic – clonic convulsion ( grand mal )
merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba – tiba jatuh, kejang nafas terengah – engah, keluar air liur, bisa terjadi sianosis, menggit lidah beberapa menit, lemah, kebingungan dan sakit kepala.
b)      Abscense attacks? Lena (  petit mal)
Merupakan jenis yang jarang umum yang terjadi pada anak – anak atau awal remaja penderita tiba – tiba melotot, atau matanya berkedip – kedip.
c)      Myoclonic seizure
Biasanya terjadi pada pagi hari , setelah bangun tidur pasien mengalami sentakan tiba – tiba. Jenis yang sama ( tapi non – epileptik ) bisa terjadi pada pasien normal.
d)     Atonic seizure
Jarang terjadi pasien tiba – tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bsa segara recovered.
2.      Kejang parsial /focal jika dimulai dari daerah tertentu dari otak. Kejang parsial terbagi dua :
a)      Simple partial seizures
Pasien tidak kehilangan kesadaran terjadi sentakan- sentakan pada bagian tertentu dari tubuh.
b)      Complex partial seizures
Pasien melakukan gerakan – gerakan tak terkendali: gerakan mengunyah, meringis, dan lain – lain tanpa kesadaran.

E.     Komplikasi
kejang epilepsi dapat membahayakan penderitanya dan orang lain jika tidak ditangani segera mungkin. Bahaya tersebut dapat berupa terjatuh saat kejang, hingga risiko mengalami cedera atau patah tulang. Bahaya lainya adalah hilang kesadaran ketika kejang, komplikasi kesehatan mental yang sring timbul antara lain adalah depresi, kegelisahan, atau keinginan untuk bunuh diri.
Epilepsi dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan nyawa. Komplikasi tersebut adalah status epileptikus, yaitu kejang yang berlangsungan lebih dari lima menit, atau kejang yang berulang tanpa diselingi kondisi sadar diantara kejang. Komplikasi membahaya lainnya adalah kematian mendadak dengan penyebab yang belum diketahui. Kondisi ini dapat dialami penderita kejang yang tidak terkendalikan dengan obat.

F.     Pemeriksaan penunjang
1.      Elektroensefalogram (EEG)
2.      Magnetic resonance imanging (MRI)
3.      Computed tomograpy (CT Scan)



G.    Penatalaksanaan
Tujuan utama dari terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas  hidup  penderita yang optimal. Ada beberapa cara untuk mencapai tujusn tersebut antara lain menghentikan bangkitan, mengurangi frekuensi bangkitan tanpa efek samping atau pun efek samping semaksimal mungkin serta menurunkan angka kesakitan dan kematian. ( arif, mansjoer ).
1.      Non farmakologi
a.       Amati faktor pemicu
b.      Menghindari faktor pemicu ( jika ada ), misalnya: stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dan lain – lain.
2.      Farmakologi
Dalam farmakoterapi, terdapat prinsip – prinsip penatalaksanaan untuk epilepsi yakni:(2)
a.       Obat anti epilepsi (OAE) mulai diberikan apabila diagnosis epilepsi sudah dipastikan, terdapat minimum 2 kali bangkitan dalam setahun. Selain itu pasien dan keluarganya harus terlebih dahulu diber penjelasan mengenai tujuan pengobatan dan efek samping dari pengobatan tersebut.
b.      Terapi dimulai dengan monoterapi
c.       Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikan secara bertahap sampai dengan dosis efektif tercapai atau timbul efek samping obat.
d.      Apabila dengan penggunaan OAE dosis maksimum tidak dapat mengontrol bangkitan, maka ditambahkan OAE kedua dimana bila sudah mencapai dosis terapi, maka OAE pertama dosisnya diturunkan secara perlahan.
e.       Adapun penambahan OAE ketiga baru diberikan setelah terbukti bangkitan tidak terkontrol dengan pemberian OAE pertama dan kedua.

Menggunakan obat – obat antiepilepsi yaitu:
1.      Obat – obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:
Inaktivasi kanal na, menurunkan kemampuan syaraf untuk menghantarkan muatan listrik. Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat.
2.      Obat – obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik :
a.       Agonis reseptor GABA , meningkatkan transmisi inhibitori dengan mengaktifkan kerja reseptor GABA, contoh : benzodiazepin, barbiturat.
b.      Menghambat GABA transaminase, konsentrasi GABA meningkat, contoh vigabatrin menghambat GABA transporter, memperlama aksi GABA, contoh: Tiagabin
c.       Meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien mungkin menstimulasi pelepasan GABA  dari non- vesikular pool contoh: Gabapentin.
















BAB III
A.    KONSEP PROSES KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
Perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien ditanya tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat. Efek epilepsi dari gaya hidup dikaji:
Ø  Apakah ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang?
Ø  Apakah pasien mempunyai program rekreasi?kontak sosial?
Ø  Mekanisme koping apa yang digunakan ?

Observasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam mengidentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.
1.      Selama serangan :
Ø  Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan
Ø  Apakah ada kehilangan sesaat atau lena
Ø  Apakah pasiean menangis, hilang kesadaran, jatuh kelantai.
Ø  Apakash disertai komponen motorik seperti kejang tonik,kejang klonik, kejang tonik - klonik, kejang meaklonik, kejang atonik.
Ø  Apakah pasien menggigit lidah
Ø  Apakah mulut berbuih
Ø  Apakah ada inkontinen urin
Ø  Apakah bibir atau muka berubah warna
Ø  Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi
Ø  Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya beruabah pada satu sisi atau keduanya.
2.      Sesudah serangan:
Ø  Apakah pasien : letargi, bingung, sakit kepala, otot – otot sakit, gangguan bicara
Ø  Apakah ada peruabahan dalam gerakan
Ø  Sesuadah serangan apakah pasien masih ingatapa yang terjadi sebelumnya, selama dan sesudah serangan.
Ø  Apakah terjadi tingkat perubahan kesadaran, pernapasan atau frekuensi  denyut jantung
Ø  Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang
3.      Riwayat sebelum serangan
Ø  Apakah ada gangguan tingkat laku, emosi
Ø  Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.
Ø  Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensorei, auditorik, olfaktorik maupun visual.
4.      Riwayat penyakit
Ø  Sejak kapan serangan terjadi
Ø  Pada usia berapa serangan pertama
Ø  Frekuensi serangan
Ø  Apakah ada keadaan yang mempresitasi seranagn, seperti demam kurang tidur, keadaan emosional.
Ø  Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang dengan gangguan kesadaran kejang – kejang.
Ø  Apakah makan obat – obat tertentu
Ø  Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
5.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat keluarga dengan kejang
b.      Riwayat dengan kejang demam
c.       Tumor intrakranial
d.      Trauma kepal terbuka, stroke
6.      Riwayat kejang
a.       Berapa serng terjadi kejang
b.      Gambaran kejang seperti apa
c.       Apakah sebelum kejang ada tanda – tanda vital
d.      Apakah yang dilakukakn pasien setelah kejang
7.      Riwayat pengguanaan obat
a.       Nama obat yang dipakai
b.      Dosis obat
c.       Berapa kali pengguanaan obat
d.      Kapan outus obat
8.      Pemeriksaan fisik
a.       Tingkat kesadaran
b.      Abnormal posisi mata
c.       Perubahan pupil
d.      Garakan motorik
e.       Tingkah laku stelah kejang
f.       Apnea
g.      Cyanosis
h.      Saliva banyak
9.      Psikososial
a.       Usia
b.      Jenis kelamin
c.       Peran dalam keluarga
d.      Stategi koping yang digunakan
e.       Gaya hidup dan dukungan yang ada
10.  Pengetahuan pasien dan keluarga
a.       Kondisi penyakit dan pengobatan
b.      Kondisi kronik
c.       Kemampuan membaca dan belajar
11.  Pemeriksaan diagnostik
a.       Laboratorium
b.      Radiologi

B. Diagnosa keperawatan
1)      Resiko tinggi terhadap trauma atau penghentian pernapasan.
2)      Resiko tinggi tidak efektif jalan napas, pola napas b.d kerusakan persepsi
3)      Ganguan harga diri atau identitas pribadi b.d persepsi tidak terkontrol
4)      Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan

C. Intervensi keperawatan
1)      Dx. Resiko tinggi terhadap trauma atau penghentian pernapasan.
a.       Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur yang terpasang dengan tempat tidur posisi rendah .
b.      Evaluasi kebutuhan untuk atau berikan perlindungan pada kepala
c.       Gunakan termometer dengan bahan metal atau dapatkan suhumelalui lubang telingan jika perlu.
d.      Pertahankan tirah baring secara ketat jika pasien mengalami tanda – tanda timbulnya fase prodomal. Jelaskan pada orang tua klien perlu nya kegiatan ini.
e.       Tinggalah bersama pasien dalam waktu beberapa selama setelah kejang.
f.       Masukan jalan nafas buatan yang terbuat dari plastik biarkan pasien menggigit benda lunak antara gigi (jika rahang sedang relaksasi). Miringkan kepala kesalah satusisi atau lakukan penghisapan pada jalan nafas sesuai indikasi.
g.      Atur kepala tempatkan diatas daerah yang empuk atau bantu meletakkan pada lantai jika keluardari tempat tidur. Jangan melakukan reistren.
h.      Catat tipe dari aktivitas kejang. ( seperti lokasi atau lamanya aktivitas motorik, hilang atau penurunan kesadaran, inkontenensial) dan berapa kali terjadi ( frekuensi kambuhnya ).
2)      Dx. Resiko tinggi tidak efektif jalan napas, pola napas b.d kerusakan persepsi
Intervensi :
mandiri
a.       Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda zat tertentu gigi palsu atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal.
b.      Letakakn pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama kejang
c.       Tinggalkan pakaian pada daerah leher abdomen
d.      Masukan spatel lidah atau gulungan benda lunak sesuai dengan indikasi
e.       Lakukan pengisapan sesuai indikasi
Kolaborasi
a.       Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan pada fase posiktal
b.      Siapkan untuk melakukan inkubasi, jika ada indikasi.
3)      Dx. Ganguan harga diri atau identitas pribadi b.d persepsi tidak terkontrol
a.       Diskusikan perasaaan klien mengenai diagnostic, persepsi diriterhdap penanganan yang dilakukan. Anjurkan untuk mengungkapkan perasaannya
b.      Identifikasi kemungkinan reaksi orang pada keadaan penyakinya
c.       Hindari pemberian perlindungan yang amat berlebihan pada klien. Anjurkan aktivitas dengan memberikan pengawasan atau pemantauan jika indikasi.
d.      Tentukan sikap atau kecakapan orang terdekat. Bantu ia menyadari perasaan itu adalah normal.
4)      Dx. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
Intervensi:
a.       Jelaskan kembali mengenai tentang patofisiologi atau prognosis penyakit dan perlunya pengobatan penanganan dalam jangka waktu yang lama sesuai indikasi
b.      Tinjau kembali obat – obat yang didapat, penting sekali memakan obat sesuai petunjuk.
c.       Berikan petunjuk yang jelas pada pasien untuk minumobat pada saat bersamaan waktu makan, jika memungkinkan.
d.      Diskusikan mengenai efek samping secara khusus, seperti mengantuk,gangguan penglihatan, mual atau muntah, ruam pada kulit.
e.       Anjurkan pasien menggunakan semacam gelang identitas
f.       Tekan kan perlu ada nya evaluasi yang teratur melakukan pemeriksaan laboratorium yang teratur sesuai dengan indikasi.
g.      Bicarakan kembali kemungkinan efek dari perubahan hormonal.
h.      Diskusikan manfaat dan kesehatan umum yang baik
i.        Tinjau kembali penting nya tentang kebersirhan mulut, dan perawatan gigi teratur

 D. Implementasi
            Pelaksaaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitorkan kemajuan klien ( santosa. NI, 1989).

E. Evaluasi
            Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan objektif yang akan menunjukan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( santosa NI, 1989).









DAFTAR PUSTAKA


1.      Ai yeyeh & lia yulianti. 2010. Asuhan neonatus, bayi dan anak balita. Yogyakarta: buku kesehatan.
2.      Devi yulianti dkk. 2012. Keperawatan pediatri edisi 2. Jakarta : buku kedokteran EGC.
3.      Amin & hardhi kusuma. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic – noc. jogjakarta : mediaction jogja.







Share:

0 comments:

Definition List

Unordered List