KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya kepada kita semua sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusunan makalah ini di dasari pada tinjauan pustaka tentang Accute Miocard Infark dan Intoksikasi
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan
penyempurnaan. Oleh Karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca dan khususnya bagi para siswa sebagai sarana pembelajaran.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL....................................................................................... i
KATA
PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan rmasalahan...................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Infark
miokard.............................................................. 3
B. Patofisiologi Infark
miokard.......................................................... 3
C. Pengertian Keracunan..................................................................... 6
D. Patofisiologi Keracunan................................................................. 7
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Infark miokard adalah suatu keadan ketidakseimbangan
antara suplai & kebutuhan oksigen miokard sehingga jaringan miokard
mengalami kematian. Infark menyebabkan kematian jaringan yang ireversibel.
Infark tidak statis dan dapat berkembang secara progresif.
Infark miokard apabila tidak segera
ditangani atau dirawat dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan komplikasi
seperti CHF, disritmia, syok kardiogenik yang dapat menyebabkan kematian, dan
apabila sembuh akan terbentuk jaringan parut yang menggantikan sel-sel
miokardium yang mati. Apabila jaringan parut cukup luas maka kontraktilitas
jantung menurun secara permanent, jaringan parut tersebut lemah sehingga
terjadi ruptur miokardium atau anurisma, maka diperlukan tindakan medis dan
tindakan keperawatan yang cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi yang tidak
diinginkan.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam
tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan
dapat menyebabkan gangguan kesehatan,bahkan kematian. Keracunan sering
dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.Pada kenyataannya bukan hanya pangan
atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan.Di sekeliling kita ada
racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah
gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis.Pada
sebagian besar kasus keracunan, tindakan suportif merupakan dasar pengobatan.
Pemahaman mekanisme kematian secara umum akibat keracunan akan dapat membantu
dokter mengobati pasien secara efektif.
Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat
gigitan binatang maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami
menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular
berbisa, binatang darat, dan binatang laut.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Infark Myocard ?
2. Bagaimanakah Patofisiologi pada klien
Infark Myocard ?
3. Apa yang
dimaksud dengan keracunan?
4. Bagaimana
patofisiologi gigitan hewan?
5.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Infark Miokard
Infark
miokard akut terjadi ketika iskemia miokard,yang biasanya timbul sebagai akibat
penyakit aterosklerosis arteri koroner, cukup untuk menghasilkan nekrosis
inversibel otot jantung. (Huan H Gray,dkk,2005).
Infark
miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Brunner &
Sudarth, 2002).
Infark
miocard akut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu. (Suyono, 1999)
Akut
Miokard Infark adalah nekroses miokard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu. (H.M. Saifoellah Noer, 1996).
Akut
Miokard Infark adalah kematian jaringan Miokard akibat oklusi akut pembuluh
darah koroner. (Rumah sakit Jantung Harapan Kita , 1993).
AMI
merupakan kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari aliran darah
ke bagian otot jantung terhambat.
AMI
merupakan penyebab kematian utama bagi laki-laki dan perempuan di USA.
Diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita infark miokard setiap tahunnya
dan lebih dari 600 orang meninggal akibat penyakit ini. Untungnya saat ini
terdapat pengobatan mutakhir bagi heart attack yang dapat menyelamatkan nyawa
dan mencegah kecacatan yang disebabkannya. Pengobatan paling efektive bila
dimulai dalam 1 jam dari permulaan gejala.
B. Patofisiologi Infark Miokard
AMI terjadi ketika iskemia yang terjadi berlangsung cukup
lama yaitu lebih dari 30-45 menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang
ireversibel. Bagian jantung yang terkena infark akan berhenti berkontraksi
selamanya. Iskemia yang terjadi paling banyak disebabkan oleh penyakit arteri
koroner / coronary artery disease (CAD)
Pada penyakit ini terdapat materi lemak (plaque) yang
telah terbentuk dalam beberapa tahun di dalam lumen arteri koronaria (arteri
yang mensuplay darah dan oksigen pada jantung) Plaque dapat rupture sehingga
menyebabkan terbentuknya bekuan darah pada permukaan plaque. Jika bekuan
menjadi cukup besar, maka bisa menghambat aliran darah baik total maupun
sebagian pada arteri koroner. Terbendungnya aliran darah menghambat darah yang
kaya oksigen mencapai bagian otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut.
Kurangnya oksigen akan merusak otot jantung. Jika
sumbatan itu tidak ditangani dengan cepat, otot jantung ang rusak itu akan
mulai mati. Selain disebabkan oleh terbentuknya sumbatan oleh plaque ternyata
infark juga bisa terjadi pada orang dengan arteri koroner normal (5%).
Diasumsikan bahwa spasme arteri koroner berperan dalam beberapa kasus ini
Spasme yang terjadi bisa dipicu oleh beberapa hal antara lain: mengkonsumsi
obat-obatan tertentu; stress emosional; merokok; dan paparan suhu dingin yang
ekstrim Spasme bisa terjadi pada pembuluh darah yang mengalami aterosklerotik
sehingga bisa menimbulkan oklusi kritis sehingga bisa menimbulkan infark jika
terlambat dalam penangananya.
Letak infark ditentukan juga oleh letak sumbatan arteri
koroner yang mensuplai darah ke jantung. Terdapat dua arteri koroner besar
yaitu arteri koroner kanan dan kiri. Kemudian arteri koroner kiri bercabang
menjadi dua yaitu Desenden Anterior dan arteri sirkumpeks kiri. Arteri
koronaria Desenden Anterior kiri berjalan melalui bawah anterior dinding ke
arah afeks jantung. Bagian ini menyuplai aliran dua pertiga dari septum
intraventrikel, sebagaian besar apeks, dan ventrikel kiri anterior. Sedangkan
cabang sirkumpleks kiri berjalan dari koroner kiri kearah dinding lateral kiri
dan ventrikel kiri. Daerah yang disuplai meliputi atrium kiri, seluruh dinding
posterior, dan sepertiga septum intraventrikel posterior.Selanjutnya arteri
koroner kanan berjalan dari aorta sisi kanan arteri pulmonal kearah dinding
lateral kanan sampai ke posterior jantung.
Bagian jantung yang disuplai meliputi: atrium kanan,
ventrikel kanan, nodus SA, nodus AV, septum interventrikel posterior superior,
bagian atrium kiri, dan permukaan diafragmatik ventrikel kiri. Berdasarkan hal
diatas maka dapat diketahui jika infark anterior kemungkinan disebabkan
gangguan pada cabang desenden anterior kiri, sedangkan infark inferior bisa
disebabkan oleh lesi pada arteri koroner kanan. Berdasarkan ketebalan dinding
otot jantung yang terkena maka infark bisa dibedakan menjadi infark transmural
dan subendokardial.
Kerusakan
pada seluruh lapisan miokardiom disebut infark transmural, sedangkan jika hanya
mengenai lapisan bagian dalam saja disebut infark subendokardial. Infark
miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis akan
kehilangan daya kotraksinya begitupun otot yang mengalami iskemi (disekeliling
daerah infark). Secara fungsional infark miokardium menyebabkan
perubahan-perubahan sebagai berikut: Daya kontraksi menurun; Gerakan dinding
abnormal (daerah yang terkena infark akan menonjol keluar saat yang lain
melakukan kontraksi); Perubahan daya kembang dinding ventrikel; Penurunan
volume sekuncup; Penurunan fraksi ejeksi.
Gangguan
fungsional yang terjadi tergantung pada beberapa factor dibawah ini: Ukuran
infark à jika mencapai 40% bisa menyebabkan syok kardiogenik; Lokasi Infark
àdinding anterior mengurangi fungsi mekanik jantung lebih besar dibandingkan
jika terjadi pada bagian inferior; Sirkulasi kolateral à berkembang sebagai
respon terhadap iskemi kronik dan hiperferfusi regional untuk memperbaiki
aliran darah yang menuju miokardium. Sehingga semakin banyak sirkulasi
kolateral, maka gangguan yang terjadi minimal; Mekanisme kompensasi à bertujuan
untuk mempertahankan curah jantung dan perfusi perifer. Gangguan akan mulai
terasa ketika mekanisme kompensasi jantung tidak berfungsi dengan baik.
C. Definisi Keracunan Hewan
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau
senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh
racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ
tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat
tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada
tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang
tidak diinginkan dalam jangka panjang.
D.
Patofisiologi
Gigitan Ular
Bisa ular diproduksi dan disimpan
pada sepasang kelenjar di bawah mata. Bisa ular dikeluarkan dari lubang pada
gigi-gigi taring yang terdapat di rahang atas. Gigi taring ular dapat tumbuh
hingga 20 mm pada rattlesnake (ular derik) yang besar. Dosis bisa setiap
gigitan tergantung pada waktu yang berlalu sejak gigitan terakhir, derajat
ancaman yang dirasakan ular, dan ukuran mangsa. Lubang hidung ular merespon
panas yang dikeluarkan mangsa, yang memungkinkan ular untuk mengubah-ubah
jumlah bisa yang akan dikeluarkan.
Semua metode injeksi venom ke dalam
korban (envenomasi) adalah untuk mengimobilisasi secara cepat dan mulai
mencernanya. Sebagian besar bisa terdiri dari air. Protein enzimatik pada bisa
menginformasikan kekuatan destruktifnya. Bisa ular terdiri dari bermacam
polipeptida yaitu fosfolipase A, hialuronidase, ATP-ase, 5 nukleotidase, kolin
esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase, DNA-ase.
Mangsa gigitan ular jenis Elapidae,
biasanya akan mengalami pendarahan kesan daripada luka yang berlaku pada
saluran darah dan pencairan darah merah yang mana darah sukar untuk membeku.
Pendarahan akan merebak sertamerta dan biasanya akan berterusan selama beberapa
hari. Pendarahan pada gusi, muntah darah, ludah atau batuk berdarah dan air
kencing berdarah adalah kesan nyata bagi keracunan bisa ular jenis Elapidae.
Walaupun tragedi kematian adalah jarang, kehilangan darah yang banyak akan
mengancam nyawa mangsa. Bila tidak mendapat anti venom akan terjadi kelemahan
anggota tubuh dan paralisis pernafasan. Biasanya full paralysis akan memakan
waktu lebih kurang 12 jam, pada beberapa kasus biasanya menjadi lebih cepat, 3
jam setelah gigitan. Beberapa Spesies ular dapat menyebabkan terjadinya
koagulopathy. Tanda- tanda klinis yang dapat ditemui adalah keluarnya darah
terus menerus dari tempat gigitan, venipunctur dari gusi, dan bila berkembang
akan menimbulkan hematuria, haematomisis, melena dan batuk darah.
Tidak ada cara sederhana untuk
mengidentifikasi ular berbisa. Beberapa spesies ular tidak berbisa dapat tampak
menyerupai ular berbisa. Namun, beberapa ular berbisa dapat dikenali melalui
ukuran, bentuk, warna,
kebiasaan dan suara
yang dikeluarkan saat merasa
terancam. Beberapa ciri ular berbisa adalah bentuk kepala segitiga, ukuran gigi
taring kecil, dan pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring.
Ciri-ciri ular tidak berbisa:
1.
Bentuk kepala segiempat panjang
2.
Gigi taring kecil
3.
Bekas gigitan luka halus berbentuk
lengkungan
Ciri-ciri
ular berbisa:
1.
Bentuk kepala segitiga
2.
Dua gigi taring besar di rahang atas
3.
Bekas gigitan dua luka gigitan utama
akibat gigi taring
PHATWAYS
Gigitan Binatang
Traumatik jaringan
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Kerusakan syaraf perifer
Kerusakan
Kulit Perdarahan
berlebih
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infark
miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Brunner &
Sudarth, 2002).
Infark
miocard akut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu. (Suyono, 1999)
Akut
Miokard Infark adalah nekroses miokard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu. (H.M. Saifoellah Noer, 1996).
Akut Miokard Infark adalah kematian jaringan Miokard
akibat oklusi akut pembuluh darah koroner. (Rumah sakit Jantung Harapan Kita ,
1993)
Tidak semua ular berbisa pada waktu menggigit menginjeksikan bisa pada
korbannya. Orang yang digigit ular, meskipun tidak ada bisa yang diinjeksikan
ke tubuhnya dapat menjadi panik, nafas menjadi cepat, tangan dan kaki menjadi
kaku, dan kepala menjadi pening. Gejala dan tanda-tanda gigitan ular akan
bervariasi sesuai spesies ular yang menggigit dan banyaknya bisa yang
diinjeksikan pada korban.
Korban yang terkena gigitan ular harus segera diberi pertolongan pertama
sebelum dibawa dan dirawat di rumah sakit. Pada umumnya terjadi salah
pengertian mengenai pengelolaan gigitan ular. Untuk mengobati korban gigitan
ular dianjurkan menggunakan serum anti bisa ular.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, ME. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Carpenito-Moyet, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran:
EGC.
Doenges, M.E,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Djoni Djunaedi.
Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata MK, Setiati S, editor. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2.
Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam,2009.h.280-3.
Mansjoer,
Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi
3 jilid 1 Media
0 comments:
Post a Comment