KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah etika keperawatan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Mobilisasi.” tepat
waktu. Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai
pihak.
Makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk pembaca.
Jakarta,
Oktober 2019
Penulis
DAFTAR
ISI
COVER.......................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah......................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi......................................................................................... 3
B. Etiologi......................................................................................... 3
C. Manifestasi
Klinis......................................................................... 4
D. Patofisiologi
Terkait Dengan Proses Penuaan.............................. 7
E. Pemeriksaan
Penunjang................................................................ 8
F. Penatalaksanaan
(Boedhi-Darmojo, 2009)................................... 9
G. Asuhan
Keperawatan................................................................. 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 15
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mobilisasi
adalah pengerahan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang. Mobilisasi
adalah pusat utuk berpartisipasi dalam menikmati kehidupan. Mempertahankan
mobilitas optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lansia.
Mobilitas bukan merupakan sesuatu yang absolut dan statis dalam menentukan
kemampuan untuk berjalan, tetapi mobilitas optimal merupakan sesuatu yang
individualistis, relatif dan dinamis yang tergantung pada interaksi antara
faktor-faktor lingkungan dan sosial, afektif dan fungsi fisik. Mobilitas
didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari mobilitas
optimal. Studi-studi tentang insidens diagnosis keperawatan yang digunakan
untuk lansia yang berada di institusi perawatan mengungkapakan bahwa hambatan
mobilitas fisik adalah diagnosis pertama atau kedua yang paling sering muncul.
Keletihan dan kelemahan batasan karakteristik intoleransi aktivitas, telah
diketahui sebagai penyebab paling umum kedua yang paling sering terjadi yang
menjadi keluhan pada lansia. Sekitar 43% lansia telah diidentifikasi memiliki
gaya hidup kurang gerak, akhirnya sekitar 50% penurunan funsional pada lansia
dihubungkan dengan disease. Penyebab imobilitas bermacam-macam, berbagai
ancaman dari imobilitas fisik dapat dikategorikan berhubungan dengan lingkungan
internal dan eksternal atau dengan kompetensi dan sumber-sumber internal dan
eksternal klien.
B.
Tujuan
Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar
mahasiswa mampu memahami dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan mobilisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu
melakukan pengkajian pada lansia dengan gangguan mobilisasi.
b. Agar mahasiswa mampu
menegakkan diagnosa keperawatan pada lansia dengan gangguan mobilisasi.
c. Agar mahasiswa mampu melaksanakan intervensi pada lansia
dengan gangguan mobilisasi.
d. Agar mahasiswa mampu
melaksanakan implementasi pada lansia dengan gangguan mobilisasi.
e. Agar mahasiswa mampu
malakukan evaluasi pada lansia dengan gangguan mobilisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi
Gangguan
mobilitas fisik yaitu suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik
secara mandiri yang dialami seseorang.
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan atau Turut Berperan Terhadap
Imobilitas
1. Penurunan fungsi muskuloskeletal
Otot-otot
(atrofi, distrofi, atau cedera), tulang (infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis,
atau osteomalasia), sendi (athritis dan tumor), atau kombinasi struktur (kanker
dan obat-obatan).
2. Perubahan fungsi neurologis
Infeksi, tumor,
trauma, obat-obatan, penyakit vaskular (mis, stroke), penyakit demelinasi,
penyakit degeneratif (ex: penyakit parkinson), gangguan metabolik (mis, hiperglikemia),
gangguan nutrisi.
3. Nyeri
Penyebabnya
multipel dan bervariasi seperti penyakit kronis dan traum
4. Defisit perseptual
Kelebihan atau
kekurangan masukan persepsi sensori.
5. Berkurangnya kemampuan kognitif
Gangguan proses
kognitif, seperti demensia berat jauh.
6. Jatuh Efek fisik: cedera atau fraktur.
Efek psikologis:
sindrom setelah jatuh.
7. Perubahan hubungan sosial
Faktor-faktor
aktual (mis, kehilangan pasangan, pindah jauh dari keluarga atau teman-teman),
faktor-faktor persepsi (mis, perubahan pola pikir seperti depresi).
8. Aspek psikologis
Ketidakberdayaan
dalam belajar.
C. Program Terapeutik
Program
penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas dan kuantitas
pergerakan pasien.
Faktor-faktor
mekanisme mencegah atau menghambat pergerakan tubuh atau bagian tubuh dengan
penggunaan peralatan eksternal (misalnya gips dan traksi) atau alat-alat
(misalnya yang dihubungkan dengan pemberian cairan intravena, pengisapan
gaster, kateter urine, dan pemberian oksigen).
Sebagai
intervensi dianjurkan istirahat dapat menurunkan kebutuhan metabolik, kebutuhan
oksigen dan beban kerja jantung. Selain itu istirahat memberikan kesempatan
pada sistem muskuloskeletal untuk relaksasi menghilangkan nyeri, mencegah
iritasi yang berlebihan dari jaringan yang cedera, dan meminimalkan efek
gravitasi. Secara fisiologis, suplai oksigen yang tidak adekuat mengganggu
pemeliharaan fungsi sel untuk meningkatkan aktivitas. Secara psikologis,
depresi menurunkan energi yang tersedia.
D. Dampak Masalah pada Lansia
Lansia
sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis dari imobilitas,
perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit kronis menjadi
predisposisi bagi lansia untuk mengalami komplikasi-komplikasi ini imobilitas
mempengaruhi tubuh yang telah terpengaruh sebelumnya.
Kompetensi
fisik seseorang lansia mungkin berada atau dekat dengan tingkat ambang batas
untuk aktivitas mobilitas tertentu. Perubahan lebih lanjut atau kehilangan dari
imobilitas dapat membuat seseorang menjadi tergantung. Semakin besar jumlah
penyebab imobilitas, semakin besar potensial untuk mengalami efek-efek akibat
imobilitas.
Keuntungan
latihan secara teratur untuk lansia termasuk memperlambat proses penuaan,
memperpanjang usia. Fungsi kardiovaskular yang lebih baik dan peningkatan
perasaan sejahtera.
E. Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
Sebagai
suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan mobilitas dan aktivitas
bergantungan pada fungsi sistem muskuloskeletal, kardiovaskular dan pulmonal,
walaupun latihan tidak akan mengubah rangkaian proses penuaan normal, hal
tersebut dapat mencegah efek imobilitas yang merusak dan gaya hidup kurang
gerak. Program latihan juga dihubungkan dengan peningkatan mood atau tingkat
ketegangan ansietas dan depresi. Hambatan terhadap latihan : Berbagai hambatan
mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Hambatan
lingkungan termasuk kuranganya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim
yang tidak mendukung. Sikap budaya adalah hambatan lain untuk melakukan
latihan. Model peran yang kurang gerak, gangguan citra tubuh, dan ketakutan
akan kegagalan atau ketidaksetujuan semuanya turut berperan terhadap kegagalan
lansia untuk berpartisipasi dalam latihan yang teratur.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan
sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi,
disgnosa keperawatan yang dihubungkan dengan pencegahan sekunder adalah:
gangguan mobilitas fisik.
3. Pencegahan Tersier
Upaya-upaya
rehabilitatif untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya
multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi dan terapi
okupasi seseorang ahli gizi, aktivis sosial, dan keluarga serta teman-teman.
2.
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat:
Gejala :
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda
: Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskular:
Gejala :
Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas Ego
Gejala
: Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan dan ketidakberdayaan (
situasi ketidakmampuan ), ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/Cairan
Gejala ; Ketidakmampuan
untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia,
kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan
berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai
kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi, ketergantungan.
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan
kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda :
Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Fase
akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada
sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit
mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam
ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap
Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
9. Interaksi Sosial
Gejala
: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan
peran; isolasi.
B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
a) Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.
-
Terlihat rileks,
dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
-
Mengikuti program
farmakologis yang diresepkan.
-
Menggabungkan
keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional:
1) Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.
Rasional :
Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.
2) Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen
tempat tidur sesuai kebutuhan.
Rasional :
Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri.
3) Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi
individu. Rasional : Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi,
dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
4) Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk.
Rasional :
Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.
5) Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan.
Rasional :
Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot.
Kriteria Hasil :
a) Mempertahankan
fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktur. - Mempertahankan
ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian
tubuh.
- Mendemonstrasikan
tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:
1) Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan
jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan
tidur malam hari yang tidak terganggu.
Rasional :
Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan.
2) Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif.
Rasional :
Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
3) Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan.
Rasional :
Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
4) Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
Rasional :
Menghindari cidera akibat kecelakaan/jatuh.
5) Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
Rasional :
Berguna dalam memformulasikan program latihan/aktivitas yang berdasarkan pada
kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat.
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri pada waktu
bergerak.
Kriteria Hasil :
a) Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang
konsisten dengan kemampuan individual.
b) Mendemonstrasikan
perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
c) Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional:
1) Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul
awitan/eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
Rasional :
Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang
diperlukan pada keterbatasan saat ini.
2) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program
latihan.
Rasional :
Mendukung kemandirian fisik/emosional.
3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi/rencana untuk modifikasi lingkungan.
Rasional :
Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri.
4) Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional :
Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis;
memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan
pegangan untuk mandi pancuran.
BAB III
RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
KLIEN DENGAN MASALAH MOBILISASI
Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2018
PENGKAJIAN
IDENTITAS
Nama : Ny. A
Umur : 72 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa :
Jawa/Indonesia
Bahasa :
Jawa
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Timunsari
Hargojari Tanjungsari Gunungkidul
KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan
kakinya pegal-pegal dan sulit untuk digerakkan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Dari data RM bahwa Ny.A mempunyai riwayat jatuh 1 tahun yang lalu. Dan
sebulan sebelum masuk rusah sakit kaki pasien membengkak
RIWAYAT PENYAKIT
SEBELUM SAKIT
a.
Penyakit yang pernah diderita : hipertensi
b.
Obat yang biasa dikonsumsi :
amlodipine 5mg
c. Kebiasaan berobat :
Dokter
d. Perawatan di RS terakhir :
Tidak ada
e. Alat bantu yang digunakan :
Tidak menggunakan alat bantu
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Anggota keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit
keturunan ataupun menular.
RIWAYAT PSIKOLOGI
Pasien hidup bersama
2 anak beserta menantunya serta 4 cucu.
POLA AKTIVITAS SEHARI
– HARI
1.
Makan Dan Minum
Ø Kebiasaan makan sebelum sakit
·
frekuensi :
3x / hari
·
jenis :
nasi sayur ,lauk + buah-buahan
·
Pantangan : tidak ada
·
Makanan yang disukai :
Semua makanan disukai
·
Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
·
Alergi makanan :
Tidak alergi makanan
Ø
Kebiasaan minum
sebelum sakit
·
frekuensi :
5 x/hari @ 250 cc
·
jenis :
Air putih
·
Pantangan : tidak ada
·
Minuman yang diskai :
Air putih
·
Minuman yang tidak disukai : Tidak ada
·
Alergi minuman :
Tidak alergi minuman
Ø
Kebiasaan makan saat sakit
§
frekuensi :
3x / hari
§
jenis :
bubur, sayur, lauk + buah
§
Pantangan : Tidak ada
§
Makanan yang diskai :
Semua makanan disukai
§
Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
§
Alergi makanan :
Tidak alergi makanan
§
Klien makan dengan dibantu
Ø Kebiasaan saat sakit
§
frekuensi :
5 x/hari @ 250 cc
§
jenis :
Air putih
§
Pantangan : tidak ada
§
Minuman yang diskai :
Air putih
§
Minuman yang tidak disukai : Tidak ada
§
Alergi minuman :
Tidak alergi minuman
§
Klien minum dengan dibantu
2.
Eliminasi
§
Sebelum sakit
Klien mampu BAB dan BAK sendiri tanpa bantuan orang lain. BAK 5x/hari BAB 1x/hari tanpa
obat pencahar
§
Saat sakit
Klien masih mampu BAB dan BAK sendiri
tanpa bantuan orang lain BAK 5 x/hari BAB 1x/hari tanpa bantuan orang lain
3.
Kebersihan
§
Sebelum sakit
klien mandi 2x/ hari dan ganti pakaian
2x/ hari keramas 3 x/ minggu, sikat gigi 2x/hari memotong kuku 1x/minggu. Semua
tindakan dilakukan secara mandiri.
§
Saat sakit
Klien mandi 1x/ hari hanya diseka dan
ganti pakaian 1x/ hari keramas -, sikat gigi 1 x/hari memotong kuku -. Semua
tindakan dengan dibantu.
4.
Pola Istirahat Dan Aktivitas
§
Sebelum sakit
klien tidur siang kurang lebih1 2
jam/hari mulai pukul 13.00 – 15.00 WIB
klien tidur malam kurang lebih 6 jam/hari mulai pukul 22.00 - 04.00 WIB
aktivitas 4 jam/hari pukul 07.00 –
11.00 WIB
§
Saat sakit
klien tidur siang 1 jam/hari
klien tidur malam kurang lebih 5 jam /
hari, sering terbangun
aktivitas tidak ada
5.
Pola Hubungan dan Peran
Hubungan klien di masyarakat sangat
baik dan bisa bersosialisasi dengan siapa saja
6.
Pola Kognitif
Klien dapat berfikir dengan baik dan
dapat berbincang-bincang dengan baik
II. PENGKAJIAN PER SYSTEM
1.
Pernafasan (Breathing)
a.
Bentuk dada : Simetris
b.
Batuk : Kadang
c.
Nyeri waktu bernapas : Tidak
d.
Pola napas : Regular
e.
Frekuensi napas :
24 x/menit
f.
Bunyi napas Abnormal : Ronchi – / - , wheezing + / +
g.
Alat bantu napas :
Tidak pakai alat bantu napas
2.
Kardiovaskuler (Blood)
a.
Nadi : Regular
b.
Frekuensi : 88 x/menit
c.
Tekanan darah : 150/90 mmHg
d.
Bunyi jantung : Normal
e.
Suhu :
37 oC
f.
Pembesaran jantung : Tidak ada
g.
Nyeri dada : Tidak ada
3.
Persyarafan (Brain)
a.
Kesadaran :
Compos Mentis
b.
GCS :
4-5-6
c.
Reflek :
Normal
d.
Kejang :
Tidak ada
e.
Koordinasi gerak :
Baik
4.
Perkemihan (Blader)
Masalah kandung kemih, tidak ada
masalah, klien tidak terpasang kateter, produksi urine ±200 cc setiap berkemih,
warna jernih, kuning, bau khas urine.
5.
Otot, Tulang Dan Integumen (Bone)
a.
Otot dan tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan
tungkai bebas
Tidak ada fraktur, dislokasi,
haematum, Kekuatan otot 5 5
3 3
b.
Integumen
-
Warna kulit :
Kemerahan
-
Akral :
Hangat
-
Turgor :
Elastik, kembali dalam < 2detik
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. A
Umur : 72 tahun
No. Dx
|
Data Penunjang
|
Masalah
|
Etiologi
|
I
II
|
DS :
§
Klien mengatakan segala
aktivitasnya dibantu
§
Klien
mengatakan kakinya pegal pegal
DO :
§
Kaki klien
terlihat bengkak, pitting uedem derajat 3
§
Kedua kaki
terlihat kaku
DS :
§
Klien mengatakan tidak
bisa mandi sendiri
§
klien
mengatakan mandi dibantu oleh keluarga
§
klien
mengatakan mandi ditempat tidur dengan cara di lap.
DO :
§
indeks kartz 0
§
klien tidak
bisa pergi ke kamar mandi
§
kekuatan otot
5 5
4 4
|
Gangguan mobilitas
fisik
Deficit perawatan
diri : mandi
|
kelemahan
Kelemahan
|
PRIORITAS MASALAH
Nama Pasien : Ny. A
Umur : 72 tahun
Tanggal / Jam
|
Diagnosa Keperawatan
|
Paraf
|
14 Januari 2018
14 Januari 2018
|
Gangguan mobilitas
fisik b.d kelemahan
Deficit perawatan
diri : mandi b.d kelemahan
|
|
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.A
Umur : 72 tahun
Tanggal
|
NO. Dx
|
Tujuan / Kriteria Hasil
|
Rencana Tindakan
|
Rasional
|
14 Januari 2018
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, gangguan mobilitas
fisik berkurang dengan
Kriteria hasil :
|
1.
Kaji kemampuan
mobilisasi klien
2.
Latih ROM
pasif
3.
Posisikan kaki
lebih tinggi dari jantung
4.
Edukasi kepada
klien untuk tetap mobilisasi semampunya semisal miring kiri kanan
5.
Kolaborasi
dengan dokter terkait dengan oedem pada klien
|
|
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. A
Umur : 72 tahun
Tanggal
|
NO. Dx
|
Tujuan / Kriteria Hasil
|
Rencana Tindakan
|
Rasional
|
14 Januari 2018
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan deficit
perawatan diri: mandi teratasi dengan
Kriteria hasil :
1.
Klien mandi secara
teratur 2x sehari
2.
Klien tampak
bersih
|
1.
Kaji kebutuhan
perawatan diri klien
2.
Bantu klien
dalam memenuhu perawatan mandinya
3.
Edukasi klien
untuk melapor kepada perawat apabila badan terasa kotor dan tidak enak
4.
Kolaborasi
dengan praktikan dalam pemenuhan perawatan diri klien
|
1.
Sebagai acuan
untuk menentukan tindakan keperawatan
2.
Bantuan yang
diberikan untuk klien dapat memenuhi kebutuhan personal hygiene klien.
3.
Edukasi dapat
meningkatkan motivasi klien sertadapat meningkatkan mawas diri klien tentang
kebersihan dirinya
4.
Kolaborasi
dapat lebih intensif dalam merawat klien.
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mobilitas bukan merupakan sesuatu yang absolut dan statis
dalam menentukan kemampuan untuk berjalan, tetapi mobilitas optimal merupakan
sesuatu yang individualistis, relatif dan dinamis yang tergantung pada
interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan sosial, afektif dan fungsi fisik.
Keparahan imobilitas pada sistem muskuloskeletal adalah penurunan tonus,
kekuatan, ketahanan otot, rentang gerak sendi dan kekuatan skeletal. Pengkajian
pada pasien gangguan mobilisasi dapat ditemukan adanya atrofi otot, mengecilnya
tendon, ketidakadekuatnya sendi, nyeri pada saat bergerak, keterbatasan gerak,
penurunan kekuatan otot, paralisis, serta kifosis. Adapun diagnosa keperawatan
yang muncul pada pasien gangguan mobilisasi adalah : Nyeri akut/kronis
berhubungkan dengan destruksi sendi, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot, dan Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri
pada waktu bergerak.
B. Saran
Pada kesempatan ini kelompok akan mengemukakan beberapa
saran sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu
pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :
a. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau
mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan mobilisasi,
pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien
dan keluarga.
b. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien
dengan gangguan mobilisasi maka tugas perawat yang utama adalah sering
mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gangguan mobilisasi.
c. Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang
harmonis dengan keluarga sehingga keluarga diharapkan mampu membantu dan
memotivasi klien dalam proses penyembuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku
Ajar : Keperawatan Medikal Bedah .Vol 1 & 2. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC : Jakarta.
Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3.
EGC : Jakarta.
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Salemba
medika : Jakarta
Nugroho, Wahjudi. 1999. Keperawatan
Gerontik Edisi 2 Buku Kedokteran.EGC : Jakarta.
Silvia.A.Price & Wilson, Patofisiologi. Ed.8.
Jakarta. EGC.2006
Stanley,Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2.
EGC; Jakarta.
0 comments:
Post a Comment