Materi dan Informasi silahkan kutip jika materi dari blog ini bermanfaat bagi anda dan jangan lupa sertakan sumbernya

WAKTU

04 September, 2010

KALIGRAFI

Apa itu Kaligrafi?
Kita semua tentunya sudah tau apa itu “Kaligrafi”,karena saat ini kaligarfi sudah sangat memasyarakat dimana-mana. Kaligarfi saat ini tidak hanya ada di masjid-masjid tetapi juga terdapat di rumah-rumah bahkan perkantoran. Tidak itu saja Kaligrafi pun saat ini sudah ada pada pelajaran di sekolah-sekolah yang berbasis Islam.

Arti Kaligarfi sendiri dapat kita tinjau dari segi bahasa yang merupakan berasal dari bahasa latin yaitu “Kalios” yang berarti Indah,dan “Graph” yang berarti tulisan. Jadi kaligrafi adalah tulisan indah atau yang mempunyai unsur keindahan. Sedangkan bahasa Arab menyebutnya Khat.
Berkenaan dengan pengertian kaligrafi Syekh Syamsuddin al-Akfani dalam kitabnya Irsyadul al-Qasid menjelaskan bahwa “Kaligrafi/Khat adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk anatomi huruf tunggal, letak-letaknya dan cara-cara merangkainya menjadi komposisi tulisan yang bagus; atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaiman cara menulisnyadan mana pula yang tidak perlu digores; mnentukan mana-mana yang perlu digubah dan dengan mertode bagaimana menggubahnya.”

Sejarah Perkembangan Kaligrafi
Kebangkitan baca tulis kaum muslimin dimulai sejak tahun 2 Hijriyah ketika Rasulullah mewajibkan kepada tawanan perang yang tidak mampu membayar tebusan untuk mengajari baca tulis kepada orang muslimin. Pada masa itu kaligrafi masih menggunakan Khat Kufi ( khat yang berbentuk siku) yang merupakan kaligrafi paling tua. Kufi saat itu masih belum mepunyai tanda baca sampai pada zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib tulisan tersebut mempunyai tanda baca dengan sempurna.
Pada masa kekhalifahan Bani Umayyah mulai timbul ketidakpuasan terhadap khat kufi yang dianggap terlalu kaku dan sulit digoreskan, sehingga dimulailah perumusan tulisan yang lebih lembut dan mudah digoreskan. Perumusan tersebut menghasilkan beberapa jenis tulisan yaitu, Khat Tumar, Jalil, Nisf, Tsulus dan Tsulusain. Tokoh kaligrafi saat itu yangterkenal adalah Qutbah al-Muharrir.
Pengembangan kaligrafi terus dikembangkan sampai pada zaman Bani Abbasiyah sehingga muncul kaligrafi yang merupakan gaya baru ataupun modifikasi gaya lama seperti, Khat khafif Tsulus, Khafif Tsulusain, Riyasi dan al-Aqlam as-Sittah (Tsulus, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riq’ah dan Tauqi). Adapun tokoh-tokoh kenamaan pada masa ini adalah Ibnu Muqlah, Ibnu Bauwab dan Yaqut al-Musta’tsimi.
Selanjutnya Kaligrafi masuk pada masa penghalusan untuk menghasilkan karya-karya yanglebih sempurna yang dimulai pada zaman kerajaan-kerajaan Persia sehingga menghasilkan gaya-gaya kaligrafi seperti, Khat Farisi, Ta’liq, Nasta’liq, Gubar, Jali, Anjeh Ta’liq, Sikatseh, Sikatseh Ta’liq, Tahriri, Gubari ta’liq, Diwani dan Diwani Jali. Sedangkan tokoh-tokohnya adalah, Yahya al-Jamili, Umar Aqta, Mir Ali Tibrizi, Imanuddin al-Husaini, Muhammad bin al-Wahid, Hamdullah al-Amasi, Ahmad Qurahisari, Hafiz Usman, Abdullah Zuhdi, Hamid al-Amidi dan Hasyim Muhammad al-Bagdadi (enam terakhir adalah dari Turki Usmani sampai Turki Modern)
Saat ini sebagain dari ratusan jumlah gaya kaligrafi yang telah berkembang telah pupus dan yang masih berkembang dan paling fungsional di seluruh dunia islam adalah, naskhi, Tsulus, Raihani, Diwani, Diwani Jali, Riq’ah dan Kufi.
Di Indonesia sendiri Kaligrafi pertama kali ditemukan di Gresik Jawa Timur , yaitu pada makam Fatimah binti Maimun yang wafat pada 495H/1028M. pada makam tersebut terdapat tulisan Kaligrafi yang menggunakan Khat Kufi. Selanjutnya kaligrafi berkembang mengikuti perkembangan Islam di Indonesia sampai saat ini.

Tokoh-Tokoh Kaligrafi
a. Tokoh Kaligrafi Periode Bani Umayyah
Diantara kaligrafer Bani Umayyah yang termasyhur mengembangkan tulisan kursif adalah Qutbah al-Muharrir. Ia menemukan empat tulisan yaitu Thumar, Jalil, Nisf, dan Tsuluts. Keempat tulisan ini saling melengkapi antara satu gaya dengan gaya lain sehingga menjadi lebih sempurna. Tulisan Thumar yang berciri tegak lurus ditulis dengan pena besar pada tumar-tumar (lembaran penuh, gulungan kulit atau kertas) yang tidak terpotong. Tulisan ini digunakan untuk komunikasi tertulis para khalifah kepada amir-amir dan penulisan dokumen resmi istana. Sedangkan tulisan Jalil yang berciri miring digunakan oleh masyarakat luas.

b. Tokoh Kaligrafi Periode Bani Abbasyah
Adapun kaligrafer periode Bani Abbasiyah yang tercatat sebagai nama besar adalah Ibnu Muqlah yang pada masa mudanya belajar kaligrafi kepada Al-Ahwal al-Muharrir. Ibnu Muqlah berjasa besar bagi pengembangan tulisan kursif karena penemuannya yang spektakuler tentang rumus-rumus geometrikal pada kaligrafi yang terdiri dari tiga unsur kesatuan baku dalam pembuatan huruf yang ia tawarkan yaitu : titik, huruf alif, dan lingkaran. Menurutnya setiap huruf harus dibuat berdasarkan ketentuan ini dan disebut al-Khat al-Mansub (tulisan yang berstandar). Ia juga mempelopori pemakaian enam macam tulisan pokok (al-Aqlam as-Sittah) yaitu Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqa’, dan Tauqi’ yang merupakan tulisan kursif. Tulisan Naskhi dan Tsuluts menjadi populer dipakai karena usaha Ibnu Muqlah yang akhirnya bisa menggeser dominasi khat Kufi.

c. Tokoh kaligrafi Indonesia
1. H. Mahmud Basri
Kaligrafer senior kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 60 tahun silam ini memulai karirnya di dunia kaligrafi Islam sejak puluhan tahun yang lalu. Beliau yang kini aktif mengajar di Pesantren Himmaturrijal, Jatiasih dan Pesantren Ulumul Quran, Tambun, Bekasi ini telah banyak mengukir prestasi gemilang di bidang kaligrafi, diantaranya; Juara III pada MTQ Nasional (1989), Juara I (1990) dan Juara III (1993) pada kompetisi kaligrafi Islam se-Asia Tenggara (ASEAN) di Brunei Darussalam, hingga meraih prestasi yang paling bergengsi di tingkat internasional sebagai Juara Terbaik 10 Besar Dunia (Top Ten Incentive Prize, IRCICA, Turki, 2007).
2. Abulladi Elqail    
Lahir di Pamekasan, Madura 6 Juni 1964 dengan latar belakang pendidikan Pesantren Al-Amien Madura dan S1 jurusan Bahasa Inggris di Universitas Prof. Dr. Hamka (UHAMKA, Jakarta). Bapak yang kini mengabdi sebagai tenaga pengajar  di Pesantren Putri Asy-Syafi’iyah Jakarta ini kerap meraih prestasi di bidang kaligrafi, salahsatunya adalah Juara I pada MTQ tingkat Propinsi Jawa Barat (1995), dsb. Aktifitasnya selain mengajar adalah sebagai pembina merangkap dewan juri pada perlombaan-perlombaan kaligrafi (MKQ) di tingkat Kota dan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Di antara karya monumentalnya yang fenomenal adalah Mushaf Sundawi (1997), sebuah masterpiece kebanggaan warga tanah Pasundan.
3. Muhajir Al-Anshory
Pria kelahiran Jakarta ini mengenal dunia kaligrafi semenjak menuntut ilmu di Pondok Pesantren Al-Masthuriyah, Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat. Setelah menamatkan pendidikannya di MTs dan MAK Al-Masthuriyah (2001), Muhajir mendalami seni kaligrafi di Pesantren Kaligrafi Al-Quran (PKA), Gunung Puyuh, Sukabumi, Jabar, di bawah asuhan Drs. KH. Didin Sirojuddin AR, MA, yang dikenal sebagai tokoh Kaligrafi Indonesia. Setahun kemudian Muhajir menempuh pendidikan S1 jurusan Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran (PTIQ) Jakarta (2002), sambil kembali mengasah bakat seninya di Lembaga Kaligrafi Al-Quran (LEMKA) Jakarta.
Share:

0 comments:

Definition List

Unordered List